Wahhabi Yang Asli Tulen, Sesat Menyesatkan
INILAH WAHHABI SESUNGGUHNYA...!!
Wajib diketahui oleh setiap kaum Musimin dimanapun mereka berada bahwasanya firqoh Wahabi adalah Firqoh yang sesat, yang ajarannya sangat berbahaya bahkan wajib untuk dihancurkan. Tentu hal ini membuat kita bertanya-tanya, mungkin bagi mereka yang PRO akan merasa marah dan sangat tidak setuju, dan yang KONTRA mungkin akan tertawa sepuas-puasnya..Maka siapakah sebenarnya Wahabi ini??
Bagaimanakah sejarah penamaan mereka??
Marilah kita simak dialog Ilmiah yang sangat menarik antara Syaikh Muhammad bin Sa'ad Asy Syuwai'ir dengan para masyaikh/dosen-dosen disuatu Universitas Islam di Maroko
Salah seorang Dosen itu berkata: "Sungguh hati kami sangat mencintai Kerajaan Saudi Arabia, demikian pula dengan jiwa-jiwa dan hati-hati kaum muslimin sangat condong kepadanya,dimana setiap kaum muslimin sangat ingin pergi kesana, bahkan antara kami dengan kalian sangat dekat jaraknya. Namun sayang, kalian berada diatas suatu Madzhab, yang kalau kalian tinggalkan tentu akan lebih baik, yaitu Madzhab Wahabi."
Kemudian Asy Syaikh dengan tenangnya menjawab: "Sungguh banyak pengetahuan yang keliru yang melekat dalam pikiran manusia, yang mana pengetahuan tersebut bukan diambil dari sumber-sumber yang terpercaya, dan mungkin kalian pun mendapat khabar-khabar yang tidak tepat dalam hal ini.
Baiklah, agar pemahaman kita bersatu, maka saya minta kepada kalian dalam diskusi ini agar mengeluarkan argumen-argumen yang diambil dari sumber-sumber yang terpercaya,dan saya rasa di Universitas ini terdapat Perpustakaan yang menyediakan kitab-kitab sejarah islam terpercaya. Dan juga hendaknya kita semaksimal mungkin untuk menjauhi sifat Fanatisme dan Emosional."
Dosen itu berkata : "saya setuju denganmu, dan biarkanlah para Masyaikh yang ada dihadapan kita menjadi saksi dan hakim diantara kita."
Asy Syaikh berkata : "saya terima, Setelah bertawakal kepada Allah, saya persilahkan kepada anda untuk melontarkan masalah sebagai pembuka diskusi kita ini."
Dosen itu pun berkata :
"Baiklah kita ambil satu contoh, ada sebuah fatwa yang menyatakan bahwa firqoh wahabi adalah Firqoh yang sesat. Disebutkan dalam kitab Al-Mi'yar yang ditulis oleh Al Imam Al-Wansyarisi, beliau menyebutkan bahwa Al-Imam Al-Lakhmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu orang-orang Wahabiyyun membangun sebuah masjid, "Bolehkan kita Sholat di Masiid yang dibangun olehorang-orang wahabi itu ??" maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab: "Firqoh Wahabiyyah adalah firqoh yang sesat, yang masjidnya wajib untuk dihancurkan, karena mereka telah menyelisihi kepada jalannya kaum mu'minin, dan telah membuat bid'ah yang sesat dan wajib bagi kaum muslimin untuk mengusir mereka dari negeri-negeri kaum muslimin ".
(wajib kita ketahui bahwa Imam Al-Wansyarisi dan Imam Al-Lakhmi adalah ulama ahlusunnah)
Dosen itu berkata lagi : "Saya rasa kita sudah sepakat akan hal ini, bahwa tindakan kalian adalah salah selama ini,"
Kemudian Asy Syaikh menjawab : "Tunggu dulu..!! kita belum sepakat, lagipula diskusi kita ini baru dimulai, dan perlu anda ketahui bahwasannya sangat banyak fatwa yang seperti ini yang dikeluarkan oleh para ulama sebelum dan sesudah Al-Lakhmi, untuk itu tolong anda sebutkan terlebih dahulu kitab yang menjadi rujukan kalian itu !"
Dosen itu berkata: "Anda ingin saya membacakannya dari fatwanya saja, atau saya mulai dari sampulnya ??"
Asy Syaikh menjawab: "Dari sampul luarnya saja."
Asy Syaikh menjawab: "Dari sampul luarnya saja."
Dosen itu kemudian mengambil kitabnya dan membacakannya: "Namanya adalah Kitab Al-Mi'yar, yang dikarang oleh Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi. Wafat pada tahun 914 H di kota Fas, di Maroko."
Kemudian Asy Syaikh berkata kepada salah seorang penulis di sebelahnya: "Wahai syaikh, tolong catat baik- baik, bahwa Imam Al-Wansyarisi wafat pada tahun 914 H. Kemudian bisakah anda menghadirkan biografi Imam Al- Lakhmi??"
Dosen itu berkata: "Ya."
Kemudian dia berdiri menuju salah satu rak perpustakaan, lalu dia membawakan satu juz dari salah satu kitab-kitab yang mengumpulkan biografi ulama. Didalam kitab tersebut terdapat biografi Ali bin Muhammad Al-Lakhmi, seorang Mufti Andalusia dan Afrika Utara.
Kemudian Asy Syaikh berkata : "Kapan beliau wafat?"
Yang membaca kitab menjawab: "Beliau wafat pada tahun 478 H"
Asy Syaikh berkata kepada seorang penulis tadi: "Wahai syaikh tolong dicatat tahun wafatnya Syaikh Al-Lakhmi" kemudian ditulis.
Lalu dengan tegasnya Asy Syaikh berkata : "Wahai para masyaikh....!!! Saya ingin bertanya kepada antum semua ...!!! Apakah mungkin ada ulama yang memfatwakan tentang kesesatan suatu kelompok yang belum datang (lahir) ???? kecuali kalau dapat wahyu????"
Mereka semua menjawab : "Tentu tidak mungkin, Tolong perjelas lagi maksud anda !"
Asy syaikh berkata lagi : "Bukankah wahabi yang kalian anggap sesat itu adalah dakwahnya yang dibawa dan dibangun oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab????"
Mereka berkata : "Siapa lagi???"
Asy Syaikh berkata: "Coba tolong perhatikan..!!! Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H.
Nah, ketika Al-Imam Al-Lakhmi berfatwa seperi itu, jauh RATUSAN TAHUN lamanya sebelum syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir..bahkan sampai 22 generasi ke atas dari beliau sama belum ada yang lahir..apalagi berdakwah..
KAIF ??? GIMANA INI???" (Merekapun terdiam beberapa saat..)
Kemudian mereka berkata: "Lalu sebenarnya siapa yang dimaksud Wahabi oleh Imam Al-Lakhmi tersebut ?? mohon dielaskan dengan dalil yang memuaskan, kami ingin mengetahui yang sebenarnya !"
Asy Syaikh pun menjawab dengan tenang : "Apakah anda memiliki kitab Al-Firaq Fii Syimal Afriqiya, yang ditulis oleh Al-Faradbil, seorang kebangsaan Francis ?"
Dosen itu berkata: "Ya ini ada"
Asy Syaikh pun berkata : "Coba tolong buka di huruf "wau" .. maka dibukalah huruf tersebut dan munculah sebuah judul yang tertulis "Wahabiyyah"
Kemudian Asy Syaikh menyuruh kepada Dosen itu untuk membacakan tentang biografi firqoh wahabiyyah itu.
Dosen itu pun membacakannya: "Wahabi atau Wahabiyyah adalah sebuah sekte KHOWARIJ ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum Al-Khoriji Al-Abadhi, Orang ini telah banyak menghapus Syari'at Islam, dia menghapus kewajiban menunaikan ibadah haji dan telah terjadi peperangan antara dia dengan beberapa orang yang menentangnya. Dia wafat pada tahun 197 H di kota Thorat di Afrika Utara. Penulis mengatakan bahwa firqoh ini dinamai dengan nama pendirinya, dikarenakan memunculkan banyak perubahan dan dan keyakinan dalam madzhabnya. Mereka sangat membenci Ahlussunnah.
Setelah Dosen itu membacakan kitabnya Asy Syaikh berkata : "Inilah Wahabi yang dimaksud oleh imam Al-Lakhmi, inilah wahabi yang telah memecah belah kaum muslimin dan merekalah yang difatwakan oleh para ulama Andalusia dan Afrika Utara sebagaimana yang telah kalian dapati sendiri dari kitab-kitab yang kalian miliki. Adapun Dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang didukung oleh Al-Imam Muhammad bin Su'ud-Rahimuhumallah-, maka dia bertentangan dengan amalan dakwah Khowarij, karena dakwah beliau ini tegak diatas kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam yang shahih, dan beliau menjauhkan semua yang bertentangan dengan keduanya, mereka mendakwahkah tauhid, melarang berbuat syirik, mengajak umat kepada Sunnah dan menjauhinya kepada bid 'ah, dan ini merupakan Manhaj Dakwahnya para Nabi dan Rasul.
Syubhat yang tersebar dinegeri-negeri Islam ini dipropagandakan oleh musuh- musuh islam dan kaum muslimin dari kalangan penjajah dan selain mereka agar terjadi perpecahan dalam barisan kaum muslimin.
Sesungguhnya telah diketahui bahwa dulu para penjajah menguasai kebanyakan negeri-negeri islam pada waktu itu,dan saat itu adalah puncak dari kekuatan mereka. Dan mereka tahu betul kenyataan pada perang salib bahwa musuh utama mereka adalah kaum muslimin yang bebas dari noda yang pada waktu itu menamakan dirinya dengan Salafiyyah. Belakangan mereka mendapatkan sebuah pakaian siap pakai, maka mereka langsung menggunakan pakaian dakwah ini untuk membuat manusia lari darinya dan memecah belah diantara kaum muslimin, karena yang menjadi moto mereka adalah "PECAH BELAHLAH MEREKA, NISCAYA KAMU AKAN MEMIMPIN MEREKA "
Sholahuddin Al-Ayubi tidaklah mengusir mereka keluar dari negeri Syam secara sempurna kecuali setelah berakhirnya daulah Fathimiyyah Al-Ubaidiyyin di Mesir, kemudian beliau (Sholahuddin mendatangkan para ulama ahlusunnah dari Syam lalu mengutus mereka ke negeri Mesir, sehingga berubahlah negeri mesir dari aqidah Syiah Bathiniyyah menuju kepada Aqidah Ahlusunnah yang terang dalam hal dalil, amalan dan keyakinan.(Sumber: feehas.wordpress.com)
(silahkan lihat kitab Al Kamil Oleh Ibnu Atsir)
Hei Wahabi
1. Hei Wahabi ! Habib Rizieq TUJUH HARI di Iran ente tuduh SYI’AH. Tapi Habib Rizieq TUJUH TAHUN di Saudi ente enggak tuduh WAHABI ???!!!
2. Hei Wahabi ! Sikap Habib Rizieq JELAS yaitu perangi SYIAH RAFIDHOH yang suka kafirkan SHAHABAT dan WAHABI TAKFIRI yang suka kafirkan sesama muslim !!! Ada pun Syiah yang tidak kafirkan Shahabat dan Wahabi yang tidak kafirkan sesama muslim WAJIB dihormati dan diajak Dialog.
3. Hei Wahabi ! Ente KAFIRKAN Madzhab Asy’ari, lalu Habib Rizieq bangkit bela Asy’ari sebagai Madzhab Ahlus Sunnah. Kenape ente dongkol ???!!!
4. Hei Wahabi ! Kalau Madzhab Asy’ari KAFIR, maka Para Imam : Daraquthni, Juwaini, Mawardi, Syirazi, Baihaqi, Ghazali, Ruyani, Baghowi, Fakhrurrozi, Ibnu ‘Asakir, Ibnu Sholah, Ibnu Abdis Salam, Rofi’i, Nawawi, Qolyubi, Burmuki, Asqolani, Haitami, Subki, Dimyathi, Suyuthi, dan RIBUAN ULAMA BESAR lainnya, semuanya jadi KAFIR karena mereka semua ASY’ARI. Apa Wahabi doang yang Islam ???!!!
5. Hei Wahabi ! Habib Rizieq itu FOKUS untuk bela ASY’ARI, tidak keliru ! Ente KAFIRKAN ASY’ARI, ente keliru !!! Sudah salah ngaku bener, eh pake nyalahin Habib Rizieq ???!!! Dasar Antek Yahudi…!!!
6. Hei Wahabi ! Madzhab FIQIH Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali itu Ahlus Sunnah. Begitu juga Madzhab AQIDAH Asy’ari, Ma’turidi dan Hanbali itu semua Ahlus Sunnah. Fuqoha Hanafi ikut Ma’turidi. Fuqoha Maliki dan Syafi’i ikut Asy’ari. Fuqoha Hanbali punya aliran sendiri. Wahabi ikut siapa ???!!!
7. Hei Wahabi ! Indonesia Negeri Asy’ari. Kalau tidak suka, ente ke Nejed saja tempat lahirnya Musailamah Al-Kadzdzab !!! Jangan pecah belah umat Islam di Indonesia !!!
8. Hei Wahabi ! Enaknye lu ngaku SALAFI !!! Lu Pikir Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali enggak ikut SALAF ???!!! Pale lu bau menyan !!!
9. Hei Wahabi ! Orang kritik Wahabi langsung ente tuduh Syiah / Yahudi / Sesat / Ahli Bid’ah / Jahil / Kafir ! Lu pikir lu doang yang Islam ???!!! Lu mesti tahu bahwa HADITS menyatakan bahwa orang yang suka mengkafirkan MUSLIM sesungguhnya dia yang KAFIR !!! Dasar Wahabi GOBLOK !!!
10. Hei Wahabi ! Lu bilang Allah Subhanahu wa Ta'ala DUDUK di Singgasana seperti duduknye PANTAT LU di kursi. Dasar MUJASSIM yang menyerupakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan Makhluq. Ape enggak KAFIR tuh ???!!!
11. Hei Wahabi ! Lu bilang HARAM melawan Pemerintah walau mereka berbuat DOSA BESAR. Dasar PENJILAT ! Wahabi MADZHAB BUDAK Pemerintah Zolim ! Pantes DUIT Lu banyak buat BELI iman orang awam ???!!!
12. Hei Wahabi ! Lu tau enggak bahwa Rapat Kafir Quraisy di Darun Nadwah untuk BUNUH NABI Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dihadiri IBLIS yang menyerupai SYEIKH DARI NEJED tempat lahirnya Wahabi. Lu lihat tuh, IBLIS cinta sama WAHABI Nejed ???!!
13. Hei Wahabi ! Soal melafalkan niat shalat Lu kafirin. Soal Qunut Shubuh Lu Kafirin. Soal Maulidan Lu Kafirin. Soal Talqin dan Tahlilan Lu Kafirin. Lalu Lu sendiri bilang Allah Subhanahu wa Ta'ala punya tangan dan kaki serta wajah kemudian duduk di atas Singgasana. Lu anggap Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti manusia. Ape Lu pikir enggak KAFIR menyuarakan Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti Makhluq ???!!!
14. Hei Wahabi ! Jidat Lu item bagus,tapisayang hati Lu lebih item lagi. Ngaku cinta Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,tapiAhlul Bait Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Lu musuhin. Sayyidina Husein RA cucu dan SHAHABAT NABI Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Lu salahin. Yazid La’natullaah ‘alaih yang bantai Ahlul Bait Lu puji-puji. Dasar NAWASHIB Lu !!
15. Hei Wahabi ! Semua jejak peninggalan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Lu hancurin dengan dalih agar tidak dikeramatkan. Enggak sekalian Lu hancurin Mekkah dan Madinah berikut KUBUR NABI nya ???!!!
16. Hei Wahabi ! Lu bilang istilah TASHAWWUF itu bid’ah, karena tidak ada dalamAl-Qur’an dan As-Sunnah.tapiistilah AQIDAH Lu getol pake, padahal Bid’ah juga, karena tidak ada dalamAl-Qur’an dan As-Sunnah. Ooi…malu dong !!!
17. Hei Wahabi ! Guru imam Syafi’i yang bernama Ibrahim b Abi Yahya seorang MU’TAZILAH,tapidipercaya dan dihormati oleh imam Syafi’i. Dan Guru Imam Ahmad yang bernama Abdul Majid b Abdul Aziz b Abi Ruwwad seorang MURJI-AH,tapidipercaya dan riwayatnya diterima oleh Imam Ahmad. Selain itu, Perawi Bukhari dan Muslim banyak yang TASYAYYU’,tapi riwayatnya diterima oleh para Ahli Hadits. Lihat dong, SALAF tidak sembarangan KAFIRKAN orang. Eh….ente, sok lebih pinter dari SALAF, seenaknya KAFIRKAN Mu’tazilah, Murji-ah dan Tasyayyu’ ???!!!
18. Hei Wahabi ! Orang cinta Ahlul Bait Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ente tuduh SYIAH, langsung ente KAFIRKAN. Lalu kenapa yang benci Ahlul Bait Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak ente sebut NAWASHIB dan ente KAFIRKAN juga dong ???!!!
19. Hei Wahabi ! Ente bilang merendahkan SHAHABAT Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mana pun adalah KEKAFIRAN. Lalu bagaimana dengan IBNU TAIMIYYAH yang dalam kitabnya MINHAJUS SUNNAH yang telah merendahkan ALI RA dkk dari Muhajirin dan Anshor dengan tuduhan cari dunia. Kok Ente enggak KAFIRKAN Ibnu TAIMIYYAH ???!!! Adil dong Muke Gile !!!
20. Hei Wahabi ! Ente minta diperlakukan dengan ADIL,tapi Ente sendiri TIDAK ADIL ???!!! Ente KAFIRKAN ASY’ARI, JAMA’AH TABLIGH, IKHWANUL MUSLIMIN, HIZBUT TAHRIR dan muslimin lainnya. Lalu Habib Rizieq ente fitnah SYI’AH, dan Ust. Abu Bakar Ba’asyir ente fitnah KHAWARIJ, serta Ust. Abu Jibril ente fitnah TERORIS. Ente bajingan penjahat Aqidah dan TUKANG FITNAH !!!
21. Hei Wahabi ! Ente ngakunya ANTI BID’AH, nyatanya Ente BIKIN BID’AH juga. TAUHID itu satu, tapi Ente bagi TIGA. Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Suci tidak ada yang SEPERTINYA, tapi Ente serupakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan MAKHLUQ.. Itu artinya Ente nyuci TAI dengan AIR KENCING. Dasar Wahabi NAJIS !!!
22. Hei Wahabi ! Taubatlah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari TIGA KEKAFIRAN : 1. Dari AQIDAH TAJSIM dan TASYBIH yang menyerupakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan MAKHLUQ. 2. Dari AQIDAH TABDI’ dan TAKFIR yang suka BID’AHKAN dan KAFIRKAN kaum muslimin. 3. Dari AQIDAH NAWASHIB yang membenci AHLUL BAIT NABI Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Taubat sebelum sekarat !!!
23. Hei Wahabi ! Musuh Islam banyak, ada Zionisme Yahudi dan Misionaris Salibis. Kenape Ente serang umat Islam ??? Ente kurang kerjaan !!!
24. Hei Wahabi ! Di Yaman, Ente diserang dan dibunuh oleh SYIAH ZAIDIYYAH karena bacot Ente yang suka KAFIRKAN orang lain. Di Indonesia, kalau BACOT ente enggak dijaga, tinggal tunggu waktunye Ente di penggal dan dihabisi !!! Dasar Pemecah Belah Umat !!!
25. Hei Wahabi ! BOS Ente Saudi jadi BUDAK Amerika Serikat dan ISRAEL. Kenape Ente enggak KAFIRKAN ??? Ente takut enggak dapat setoran lagi ye ???!!! Dasar HAMBA FULUS !! !
26. Hei Wahabi ! Lu caci-maki Habib Rizieq yang se Indonesia tahu perjuangannye. Guru Lu si YAZID JAWAS dulu diusir orang kampung dari BOGOR gara-gara BEDUK !!! Malu-maluin Wahabi aje !!! Ooi…Urat Malu Lu udah putus yee ???!!!
27. Hei Wahabi ! Ikhwan SALAFI aje enggak suka sama Ente ! Apalagi Ikhwan SALAFIYAH !!! Kite semua udah ngebelenek sama Ente, tinggal dimuntahin aje. Emang Ente mesti segera dibasmi ! Ente ngotor-ngotorin Islam aje !!!
28. Hei Wahabi ! Kerja Lu ape ??? Ahmadiyah Lu biarin. Ma’siat Lu Tonton. Kezaliman penguasa Lu banggain. Khianat Saudi terhadap Palestina Lu dukung. Orang ARAB SAUDI pada Zina di Puncak Lu diam. Eh….Habib Rizieq yang sedang berjuang mati-matian lawan itu semua Lu musuhin. Dasar BIANG BID’AH !!
29. Hei Wahabi ! Ente ngaku-ngaku udah bantuin FPI agar tidak dibubarkan. Ente BOHONG BESAR !!! Dimane-mane Ente jelek-jelekin FPI !!! Jangan kate bantuin FPI, Ente tengok aje enggak pernah !!! Dasar tidak punya malu !! !
30. Hei Wahabi ! Lu ngaku ikut IMAM AHMAD, padahal enggak ! Lu ngaku ikut IBNU TAIMIYAH, padahal enggak ! Lu ngaku ikut SYEIKH MUHAMMAD B ABDUL WAHHAB, padahal enggak ! Mereka ULAMA BESAR yang tidak KAFIRKAN umat Islam, tapi Lu KAFIRKAN semua umat Islam ! Lu ikut IBLIS !!!
31. Hei Wahabi ! Kitab-Kitab Klasik yang Ente cetak, Ente ubah seenaknye. Pasal-Pasal yang Ente enggak suka, Ente hapus semuanye. Dasar penipu ! Tukang Ngibul !! Pengkhianat !!!
32. Hei Wahabi ! Dalam kitab Ente AD-DURAR AS-SANIYYAH jilid 1 hal 228 diperintahkan untuk memusnahkan/menghilangkan sebagian isi Kitab-Kitab karya Ulama jika TIDAK SESUAI dengan AQIDAH WAHABI. Madzhab apa ini yang memerintahkan PENIPUAN ???!!!
33. Hei Wahabi ! Kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi rhm memuat judul DOA PASAL ZIARAH KUBUR NABI Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Ente ubah jadi PASAL ZIARAH MASJID NABI Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, karena WAHABI Anti Ziarah Kubur. Ente Bajingan Tukang Tipu !!!
34. Hei Wahabi ! Perkataan Imam As-Subki yang dinukilkan Imam Abul ‘Izz dalam Syarh Aqidah Thohawiyah dari kitab Mu’id An-Ni’am hal 62 Ente ubah habis-habisan ! Yang semula disebut ASY’ARI sebagai isi Aqidah Thohawiyah dihilangkan sama sekali. Yang semula disebut sebagian HANBALI ikut TAJSIM dihilangkan juga. Dasar Bajingan Tengik ! Pengkhianat !!
35. Hei Wahabi ! Kitab Aqidah As-Salaf Ashhabul Hadits karya Syeikh Islam Abu Utsman Ismail Ash-Shobuni hal 6 aslinya tertulis ZIARAH KUBUR NABI Shallallahu 'Alaihi wa SallamtapiEnte ubah jadi ZIARAH MASJID NABI Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dimane amanat ilmiahnye ??? Ente enggak amanat !!!
36. Hei Wahabi ! Kitab Hasyiyah Ash-Showi ‘ala Tafsir Al-Jalalain karya Syeikh Ahmad b Muhammad Ash-Showi Al-Maliki hal 78 aslinya tertulis bahwa WAHABI adalah JELMAAN KHAWARIJ yang telah merusak penafsiran Al-Qur’an dan As-Sunnah dan suka membunuh kaum muslimin, tapi Ente hapus semuanye. Kenape ?! Rahasia Ente dibongkar, jadi Ente hapus !! Dasar Syetan Penipu !!
37. Hei Wahabi ! Kitab Tafsir Al-Kasysyaf karya Imam Az-Zamakhsyari dalam tafsir Surat Al-Qiyaamah ayat 22-23, penafsiran si pengarang yang Mu’tazilah diubah habis jadi penafsiran WAHABI. Dasar Maliiiing……Ente nyolong dan obok-obok karya orang lain !!!
38. Hei Wahabi ! Kitab Al-Ibanah karya Imam Abul Hasan Al-Asy’ari rhm yang terang-terangan menolak TAJSIM dan TASYBIH, Ente ubah habis-habisan jadi mendukung TAJSIM dan TASYBIH. Ente manipulasi kitab ! Ente korupsi pernyataan Ulama ! Dasar Koruptor Dalil !!!
39. Hei Wahabi ! Kitab Al-Fawaid Al-Muntakhobat karya Ibnu Jami Aziz-Zubairi di hal 207 menyatakan bahwa Syeikh Muhammad b Abdul Wahhab adalah THOGHUT BESAR, tapi Ente hapus sama sekali. Kenape ? Malu Yee !!!
40. Hei Wahabi ! Semua cetakan kitab Diwan Imam Asy-Syafi’ di hal 47 ada bait berbunyi FAQIIHAN WA SHUUFIYYAN FAKUN LAISA WAAHIDAN artinya Jadilah Ahli Fiqih dan Shufi sekaligus, jangan hanya salah satunya. Tapi dalam cetakan WAHABI, termasuk versi elektronik (e-book) dengan alamat www.almeshkat.net, bait tersebut dibuang karena Wahabi MUSUH SHUFI. He…he…hee, lucu ! Wahabi lucu !! Katanye Wahabi jujur ???!!!
41. Hei Wahabi ! Kitab Shahih Bukhari Ente palsukan juga !! Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani dalam Fathul Bari menjelaskan adanya Pasal Al-Ma’rifah dan Bab Al-Mazholim dalam Shahih Bukhari, tapi dalam Shahih Bukhari cetakan Wahabi saat ini Pasal dan Bab itu hilang !!! Ente kemanakan hei Wahabi ???!!!
42. Hei Wahabi ! Kitab Shahih Muslim Ente palsukan juga !! Gilee Lu !!! Hadits Fadhoil Maryam, Asiyah, Khadijah dan Fathimah Ente hapus dari Shahih Muslim yang Ente cetak, padahal Mustadrak Al-Hakim mencatat itu. Lucunya, Shahih Muslim cetakan Masykul jilid 7 hal 133 ada Bab Fadhoil Khadijah tapi isinya tentang Fadhoil Maryam, Asiyah dan Aisyah. Nekat betul Ente PALSUKAN Shahih Muslim, karena BENCI Khadijah dan Fathimah !!! Ente Dajjal Ma’jujeeeee….!!!
43. Hei Wahabi ! Ente ngaku cinta Imam Ahmad, tapi Kitab Musnad Imam Ahmad Ente PERKOSA juga ! Dalam Musnad Imam Ahmad aslinya ada Hadits tentang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mempersaudarakan Muhajirin dan Anshor serta mempersaudarakan dirinya dengan Ali RA. Tapi kini oleh Wahabi, Hadits tersebut dibuang ke TONG SAMPAH, tidak ada dalam Musnad cetakan mereka. Wahabi Maliiiing…..Wahabi Rampooook…..Wahabi Begaaaal !!!
44. Hei Wahabi ! Kitab Ash-Showa’iq Al-Muhriqoh karya Ibnu Hajar Al-Haitami tidak luput dari kejahatan Ente ! Sejumlah Hadits tentang Ali RA dan Ahlul Bait Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Ente palsukan dengan dihapus sebagian dan diubah. Dasar Pembenci Ahlul Bait Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam !! Ngaku cinta Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, tapi keluarga Nabi Lu musuhin !!! Cinta Lu PALSU !!!
45. Hei Wahabi ! Dalam kitab Hasyiah Ibnu ‘Abidin yang bermadzhab Hanafi ada PASAL KHUSUS tentang Wali, Abdal dan orang-orang Sholeh serta Karomah.tapi kini oleh Wahabi satu pasal full DIMUSNAHKAN. Wahabi curaaaaang…..Wahabi jalaaaaaang !!!
46. Hei Wahabi ! Ucapan Syeikh As-Sakhawi tentang Imam Al-A’la Al-Bukhari yang menyatakan bahwa Sang Imam SANGAT TAKUT dekat dengan Penguasa, Ente ubah jadi SANGAT DEKAT dengan Penguasa. Apa-apaan nih ??? Wahabi FATTAAAN ….TUKANG FITNAH yang berbahaya !!!
47. Hei Wahabi ! Kitab Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah jilid ke-10 tentang ILMU SULUK dan TASHAWWUF pernah cukup lama tidak diterbitkan oleh Wahabi. Baru setelah diprotes banyak pihak, akhirnye Ente sisipin lagi jilid tersebut. Gile Luu….Imam Lu sendiri Lu Kangkangin !! Wahabi kurang ajar !!! Wahabi tidak punya adab !!!
48. Hei Wahabi ! Kitab Nihayatul Qoul Al-Mufid karya Syeikh Muhammad Makki Nashr Al-Juraisi yang menulis bahwa dirinya Madzhab Syafi’i dengan THORIQOH SYADZALI, tapi Ente buang Thoriqohnya. Kenape ?! Benci Thoriqoh nih ?! Benci sih benci, tapi ADIL dong !!!
49. Hei Wahabi ! Dalam kitab Al-Mughni karya Imam Ibnu Qudamah Al-Hanbali ada BAB ISTIGHOTSAH, tapi dalam cetakan ulang Wahabi dibuang sama sekali. wah…wah….wah…Imam sendiri Lu BERAKIN !!! Dasar KADAL GURUN !!!
50. Hei Wahabi ! Kitab Tarikh Al-Ya’qubi jilid 2 hal 37 aslinya menyebut “Nash” buat Ali RA di “Ghadir Khum”, tapi dalam cetakan Wahabi kata “Nash” dan “Ghadir Khum” dilenyapkan. Kenape ? Ente takut dijadikan dalil oleh kalangan Syiah ?? Hei BAHLUL, Sunni Sejati hadapi Syiah dengan ILMU, bukan dengan KEBOHONGAN !! Dasar SUNNI GADUNGAN !!!
51. Hei Wahabi ! As-Syeikh Al-Muhaddits Ahmad b Muhammad b Shiddiq Al-Ghumari dalam kitabnya “Al-Burhan Al-Jaliy” mencatat PEMALSUAN WAHABI terhadap Kitab Ahwal Al-Qubur karya Ibnu Rajab Al-Hanbali dan Kitab Tafsir Al-Bahr Al-Muhith karya Abu Hayyan, serta sebuah kitab lainnya yang berjudul “Iqtidho Ash-Shiroth Al-Mustaqim”. Edan Lu ! Berape kitab lagi yang Lu mau obok-obok ?!
52. Hei Wahabi ! Lu Edan ! Lu Gila ! Kitab-Kitab Ulama Besar Lu berani PALSUIN !! Lu pikir enggak bakal ketahuan !!! Sekarang terbukti Lu PALSUIN kitab-kitab : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Jami’ Tirmidzi, Musnad Imam Ahmad, Tasir Al-Bahr Al-Muhith, Al-Ibanah, Thabaqot Ibnu Sa’ad, Tarikh Thabari, Al-Aghani, dll. Ternyata Wahabi PEMALSU HADITS DAN KITAB !!!
53. Hei Wahabi ! Pendiri Wahabi dalam kitab Muallafaat Muhammad b Abdul Wahhab hal 186-187 menyatakan bahwa hanya dia yang paham makna “Laa ilaaha illallaah”, SEMUA ULAMA dari zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam s/d zamannya adalah SESAT karena tidak tahu makna “Laa ilaaha illallaah”. Weis sombongnya !! Takabbur seperti IBLIS !!!
54. Hei Wahabi ! Putra Pendiri Wahabi Syeikh Abdullah b Muhammad b Abdul Wahhab dalam kitab Ad-Durar As-Saniyyah fi Al-Ajwibah An-Najdiyyah jilid 1 hal 224 menyatakan bahwa orang yang BERTAWASSUL adalah MUSYRIK dan HALAL dibunuh dan dijarah. Wah…Gawat, padahal TAWASSUL dan TABARRUK adalah masalah FURU’ AQIDAH yang diperselisihkan Ulama Ahlus Sunnah. Kok mudah betul MENGKAFIRKAN dan menghalalkan pembunuhan dan penjarahan ??!! Wahabi Pembunuh….Wahabi Penjarah !!
55. Hei Wahabi ! Syeikh Ibn Baz dalam kitab Fatawa fil Aqidah hal 13 menyatakan bahwa ISTIGHOTSAH dan TAWASSUL dengan para Nabi dan Auliya adalah MUSYRIK KAFIR. Ha…Haa…Haaa…ternyata Para Syeikh Wahabi SETALI TIGA UANG. Semuanye sama : TUKANG KAFIRIN MUSLIM !!!
56. Hei Wahabi ! Syeikh Abu Bakar AL-Jazairi dalam kitab Aqidatul Mu’min hal 144 menyatakan bahwa TAWASSUL adalah SYIRIK dan pelakunya KEKAL DI NERAKA. Nah, nih satu lagi Syeikh Wahabi yang pegang KUNCI PINTU NERAKA !! iiiih……sereeeeeemmm !!!
57. Hei Wahabi ! Syeikh Muhammad b Soleh Utsaimin dalam kitab Liqo Al-Bab Al-Maftuh hal 42 menyatakan bahwa Imam Nawawi rhm dan Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani rhm BUKAN Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Nah Lu, satu lagi Syeikh Wahabi SOK ASWAJA sendirian. Padahal ilmu dan jasa SI WAHABI ini terhadap Islam dan umatnya tidak seujung kuku Nawawi dan Ibnu Hajar. Dasar sombong ! Sok pinter Lu !! Sok suci Lu !!!
58. Hei Wahabi ! Syeikh Al-Qonuji dalam kitab Ad-Din Al-Kholish jilid 1 hal 140 mengikuti jejak Cucu Pendiri Wahabi Abdurrahman b Hasan b Muhammad b Abdul Wahhab dalam kitab Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid hal 217, sama-sama menyatakan bahwa TAQLID kepada Madzhab adalah bagian dari SYIRIK. Wahabi mulutnya BAU, karena selalu keluar kata SYIRIK buat umat Islam sendiri. Bau Kentut Mulut Lu ! Bau Tai Bacot Lu ! ! Bau Bangke Cecongoran Lu !!!
59. Hei Wahabi ! Syeikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah jus 6 hal 676 menyatakan bahwa MUSUH SUNNAH adalah orang yang bermadzhab dan Asy’ariyyah serta Para Shufi dan lainnya. Nih catat satu lagi Syeikh Wahabi yang KAFIRKAN Asy’ari dan semua orang bermadzhab termasuk para ULAMA BESAR SEMUA MADZHAB. Jadi, cuma Wahabi yang Islam, sedang yang lain kafir semuanya ???!!! Dasar Kutu Onta !!!
60. Hei Wahabi ! Cucu pendiri Wahabi Syeikh Abdurrahman b Hasan b Muhammad b Abdul Wahhab dalam dua kitabnya : Qurrah ‘uyun Al-Muwahhidiin hal 47 dan Fathul Majid hal 191-192 tegas MENGGENERALISIR PENGKAFIRAN terhadap Muslimin di Mesir, Yaman, Iraq, Oman, Syam dan Hijaz. Ha…ha…haaaa… Apa yang Muslim cuma orang NEJED doang ??? Dasar WAHABI BAHLUL !!!
61. Hei Wahabi ! Pemerintah SAUDI mendoktrin anak-anak sekolah di Saudi via buku pelajaran sekolah SLTA terbitan Kementerian Pendidikan dalam buku pelajaran AT-TAUHID kelas 1 SLTA hal 67 bahwa MUSYRIKUN adalah Salafnya Jahmiyyah, Mu’tazilah dan ASY’ARIYYAH. Nih, kenalilah SAUDI sebagai BANDOT WAHABI !!!
62. Hei Wahabi ! Ada kabar LUCU : Abdulkarim b Soleh Al-Wahabi dalam kitabnya Hidayatul Hairan fi Mas-alatid Dauran MENOLAK Bumi Berputar, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menurut Wahabi turun dengan DZATNYA ke Bumi setiap sepertiga malam terakhir, sehingga jika Bumi Berputar maka Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak naik-naik ke ‘Arsy. Makanya belajar dengan ASWAJA yang meyakini bahwa yang turun adalah RAHMAT Allah Subhanahu wa Ta'ala bukan DZAT Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maha Suci Allah Subhanahu wa Ta'ala dari tuduhan keji Wahabi ! Emang Wahabi itu Bodoh, Bego, Tolol, Goblok, Pandir, Idiot, Bahluuuuuul !!!
63. Hei Wahabi ! Ente bilang Allah Subhanahu wa Ta'ala punya tangan dan kaki serta wajah, lalu duduk di atas Singgasana dan turun naik antara Langit dan Bumi. Itu artinya Wahabi MUJASSIM yang menjasmanikan Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan MUSYABBIH yang menyerupakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan makhluq. Imam Ahmad rhm berkata : “Barangsiapa yang berkata bahwa Allah adalah JISIM tidak seperti JISIM-JISIM maka ia telah KAFIR.” Ooii…. Ternyata Wahabi itu KAFIR dalam pandangan Imam Ahmad ! Kaciaan deh Luuu…!!
64. Hei Wahabi ! Masih soal BUMI BERPUTAR : Syeikh Ibn Baz dalam kitab Al-Adillah An-Naqliyyah wal Hissiyyah ‘ala Jiryan Asy-Syams wa Sukun Al-Ardh hal 17, 23 dan 72, serta kitab Fatawa Ibn Baz jilid 9 hal 160 yang dimuat dalam Fatwa Kerajaan Saudi No.1 / 2925 tertgl 22/7/1397 H menyatakan bahwa pendapat bumi berputar adalah pendapat yang sangat keji dan munkar, serta yang berpendapat tersebut adalah telah KAFIR dan SESAT, sehingga WAJIB dituntut bertaubat, jika tidak mau Taubat maka harus DIHUKUM MATI sebagai KAFIR MURTAD dan hartanya disita buat Kas Negara. Wow….WAHABI SADIS !!! Lu lihat tuh….Begonya Wahabi !!!
65. Hei Wahabi ! Masih soal BUMI BERPUTAR : Syeikh Ibnu Sholeh Al-’Utsaimin menyarankan via Majmu Fatawa wa Rasail Fadhilah Asy-Syeikh Muhammad Ibnu Sholeh Al-’Utsaimin jilid 3 Fatwa No. 428 hal 153, agar soal BUMI BERPUTAR jangan diajarkan di sekolah-sekolah. Kompakkan KUPERNYA WAHABI ?! Wahabi MADZHAB PRIMITIF !!
66. Hei Wahabi ! Masih soal BUMI BERPUTAR : Ulama sepakat bahwa SALAF itu adalah RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan SHAHABAT serta TABI’IIN dan TABI’IT TABI’IN. tapi Syeikh Ibnu Baz dalam kitab Al-Adillah An-Naqliyyah wal Hissiyyah menyatakan bahwa telah jadi IJMA’ SALAF seperti IBNU TAIMIYYAH, IBNU KATSIR dan IBNUL QOYYIM bahwa BUMI TIDAK BERPUTAR. Aneh, mereka BUKAN SALAF, kok disebut SALAF ?! Dan SALAF tidak ada yang bicara soal BUMI BERPUTAR atau TIDAK BERPUTAR, kok disebut sdh IJMA’ ?! Wahabi memang Tukang Tipu !! Sangat menjijikkan !!!
67. Hei Wahabi ! Dalamkitab Thabaqat Hanabilah karya Ibnu Abi Ya’la jilid 2 hal 39 ada sebuah Hadits Buatan Wahabi menyatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa seorang pemuda berambut ikal bergelombang mengenakan pakaian merah. Apa ini Bukan TAJSIM Dan TASYBIH ??? !!! Ini AQIDAH SESAT MENYESATKAN !!! Ternyata Wahabi BIANG BID’AH !!!
68. Hei Wahabi ! Dalam kitab At-Tauhid wa Itsbat Shifat Ar-Rabb karya Ibnu Khuzaimah saat belum TAUBAT dan masih MUJASSIM, di hal 198 menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala sedang DUDUK di TAMAN HIJAU di atas KURSI EMAS di bawahnya PERMADANI EMAS yang dipikul oleh EMPAT MALAIKAT yang berupa SEORANG LELAKI, dan BANTENG, dan BURUNG ELANG, serta SINGA. Nah, dengan karya seperti ini Ibnu Khuzaimah dipuji oleh Ibnu TAIMIYYAH dalam Majmu’ Fatawa jilid 3 hal 192, sebagai “Imamnya para Imam”. Jadi jelas sudah bahwa AQIDAH WAHABI : NGAWUR dan KEBLINGER…..!!!
69. Hei Wahabi ! Dalam kitab Thabaqat Hanabilah karya Ibnu Abi Ya’la jilid 2 hal 39 dan kitab At-Tauhid wa Itsbat Shifat Ar-Rabb karya Ibnu Khuzaimah hal 198, merangkumkan AQIDAH WAHABI bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa SEORANG PEMUDA BERAMBUT IKAL BERGELOMBANG dengan PAKAIAN MERAH yang sedang DUDUK di TAMAN HIJAU di atas KURSI EMAS di bawahnya PERMADANI EMAS yang dipikul oleh EMPAT MALAIKAT yang berupa SEORANG LELAKI, dan BANTENG, dan BURUNG ELANG, serta SINGA. Ternyata ada sebuah LUKISAN NASHRANI yang menggambarkan YESUS sebagai TUHAN dengan ciri sama persis dengan AQIDAH WAHABI tersebut. Nah Lu, kok bisa SAMA gambaran TUHAN NASHRANI dengan TUHAN WAHABI ???!!! Jangan-jangan SATU SUMBER nih ???!!!
70. Hei Wahabi ! Ente HARAMKAN sebut Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan SAYYIDINA, karena dianggap berlebihan. tapi Ente sebut IBNU TAIMIYYAH dan IBNU ABDUL WAHHAB dengan SEGUDANG GELAR : Syeikhul Islam, Al-’Alim Ar-Rabbani, Auhadul Ulama, Awra’uz Zuhhad, Sayyidul Ulama, Khotimul Mujtahidin, Imamul Aimmah, dsb. Ape tuh gelar semuanye tidak berlebihan ??? Hei Wahabi, Adil Dong !!!
71. Hei Wahabi ! Kitab Ihya ‘Ulumid Din karya Imam Al-Ghazali rhm Ente cerca dan hina dengan dalih isinya ada Hadits Palsu dan Lemah.tapikitab Ar-Radd ‘ala Al-Jahmiyyah karya Ad-Darimi Al-Mujassim Ente puji setinggi langit, padahal isinya banyak Hadits Palsu dan Lemah. Dasar Curang… Culas…!! Wahabi CACING PASIR !!!
72. Hei Wahabi ! Katanye Ente ANTI KHUROFAT ?! Nih lihat halaman berikut dalam kitab MANAQIB AHMAD karya Ibnul Jauzi tentang DERAJAT Imam Ahmad Ibnu Hanbal : (188) Khidir AS dan Musa AS memuji Imam Ahmad. (189) Kubur Imam Ahmad menjaga Baghdad dari segala Bala’. (197) Melihat Ahmad lebih baik drpd ibadah setahun. (370) Pena Ahmad memberkahi pohon kurma yang tidak berbuah jadi berbuah. (513) Jin mengabarkan kematian Imam Ahmad sebelum wafatnya 40 hari. (549) Imam Ahmad menghardik Munkar Nakir karena tidak pantas menanyakannya “Man Robbuka?”, sehinggaMunkar Nakir minta maaf. (550) Allah Subhanahu wa Ta'ala tiap tahun ziarah ke Kubur Imam Ahmad. Bagaimana nih ?? Khurofat bukan ?? !! Ternyata KHUROFAT WAHABI lebih gile !!!
73. Hei Wahabi ! Masih soal KHUROFAT WAHABI. Dalam kitab MANAQIB AHMAD karya Ibnul Jauzi hal : (555) Imam Ahmad melihat dalammimpi dirinya membai’at Allah Subhanahu wa Ta'ala. (557) Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala membanggakan Imam Ahmad depan para Malaikatnya. (562) Lalu Imam Ahmad menziarahi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan disediakan aneka hidangan. (563) Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman bahwa siapa yang tidak ikut Imam Ahmad maka diazab. (563) Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan penduduk Langit dan para Syuhada menghadiri pengurusan jenazah Imam Ahmad. (564) Semua penduduk Langit dari pertama s/d ketujuh sibuk menyambut kedatangan Imam Ahmad. (567) Imam Ahmad sudah masuk surga dan sering ziarah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. (580) Barangsiapa sempit rizqinya lalu ziarah kubur Imam Ahmad di hari Rabu maka rizqinya diluaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala. (580) Allah Subhanahu wa Ta'ala melihat ke kubur Imam Ahmad 70 ribu kali, sehingga siapa yang menziarahinya diampuni. (584) Barangsiapa dikuburkan di pemakaman Imam Ahmad maka diampuni dengan berkahnya Imam Ahmad. Nah, nih KHUROFAT atau bukan ??? Kenape aneka KHUROFAT ini tidak Ente umumkan kepada umat Islam agar TIDAK TERSESAT !!!
Kitab-Kitab Anti VIRUS WAHABI
oleh : Abdul Basit
Berikut ini daftar nama-nama Ulama-ulama ahlusunnah wal jamaah beserta kitab-kitabnya yang menolak Virus atau faham wahabi/salafi , dan memperingatkan ummat akan bahaya faham tersebut : (Yang sempat tercatat di dalam file kami)
1. Al-Ahsa’i Al-Misri, Ahmad (1753-1826): beliau menulis kitab (tidak diterbitkan) khusus untuk menolak faham wahabi (salafi) dan menetralisir Virusnya. Putra beliau Shaykh Muhammad ibn Ahmad ibn `Abd al-Latif al-Ahsa’i juga menulis kitab dengan tujuan yang sama.
2. Al-Ahsa’i, Al-Sayyid `Abd al-Rahman : menulis 60 bait puisi, dimulai dengan bait : Badat fitnatun kal layli qad ghattatil aafaaqa, wa sha“at fa kadat tublighul gharba wash sharaqa (Fitnah telah datang seperti senja kala menutupi langit , dan menyebar luas mencapai timur dan barat)
3. Al-`Amrawi, `Abd al-Hayy, and `Abd al-Hakim Murad (Qarawiyyin University, Morocco): Al-tahdhir min al-ightirar bi ma ja’a fi kitab al-hiwar (”Warning Against Being Fooled By the Contents of the Book” – peringatan melawan pembodohan oleh kandungan kitab) oleh Ibn Mani`( sebuah debat dengan al Maliki) an attack on Ibn `Alawi al-Maliki by a Wahhabi writer – sebuah serangan kepada Ibn `Alawi al-Maliki oleh penulis wahabi.
4. `Ata’ Allah al-Makki: al-sarim al-hindi fil `unuq al-najdi ["The Indian Scimitar on the Najdi's Neck"].
5. Al-Azhari, `Abd Rabbih ibn Sulayman al-Shafi`i .Penulis Sharh Jami’ al-Usul li ahadith al-Rasul, kitab dasar Usul al-Fiqh: Fayd al-Wahhab fi Bayan Ahl al-Haqq wa man dalla `an al-sawab, vol 4 – The author of Sharh Jami’ al-Usul li ahadith al-Rasul, a basic book of Usul al-Fiqh: Fayd al-Wahhab fi Bayan Ahl al-Haqq wa man dalla `an al-sawab, 4 vols. ["Allah's Outpouring in Differentiating the True Muslims From Those Who Deviated From the Truth"].
6. Al-`Azzami, `Allama al-shaykh Salama (d. 1379H): Al-Barahin al-sati`at ["bukti2 yang bersinar..."- "The Radiant Proofs..."].
7. Al-Barakat al-Shafi`i al-Ahmadi al-Makki, `Abd al-Wahhab ibn Ahmad: kitabnya menolak faham wahabi/salafi tidak dipublikasikan – unpublished manuscript of a refutation of the Wahhabi sect.
8. Al-Bulaqi, Mustafa al-Masri : telah menulis 126 bait pusi menentang wahabi berjudul: Samnudi’s “Sa`adat al-Darayn” – wrote a refutation to San`a’i’s poem in which the latter had praised Ibn `Abd al-Wahhab. It is in Samnudi’s “Sa`adat al-Darayn” and consists in 126 verses
9. Al-Buti, Dr. Muhammad Sa`id Ramadan (University of Damascus): Al-salafiyyatu marhalatun zamaniyyatun mubarakatun la madhhabun islami (salafiyyah adalah sebuah masa sejarah yang penuh berkah, bukan sebuah madzhab dalam Islam – “The Salafiyya is a blessed historical period not an Islamic school of law, Damascus: Dar al-fikr, 1988). Al-lamadhhabiyya akhtaru bid`atin tuhaddidu al-shari`a al-islamiyya – ["Non-madhhabism is the most dangerous innovation presently menacing Islamic law"] (Damascus: Maktabat al-Farabi, n.d)
10. Al-Dahesh ibn `Abd Allah, Dr. (Arab University of Morocco), ed. Munazara `ilmiyya bayna `Ali ibn Muhammad al-Sharif wa al-Imam Ahmad ibn Idris fi al-radd `ala Wahhabiyyat Najd, Tihama, wa `Asir – ["Scholarly Debate Between the Sharif and Ahmad ibn Idris Against the Wahhabis of Najd, Tihama, and `Asir"].
11. Dahlan, al-Sayyid Ahmad ibn Zayni (d. 1304/1886). Mufti Mekkah dan syaikhul Islam dan pemimpin agama tertinggi untuk daerah Hijaz (highest religious authority in the Ottoman jurisdiction). Kitab beliau : al-Durar al-saniyyah fi al-radd ala al-Wahhabiyyah (mutiara2 murni menjawab wahabi – “The Pure Pearls in Answering the Wahhabis”). Dan :Fitnat al-Wahhabiyyah ( fitnah wahabi – “The Wahhabi Fitna”); Khulasat al-Kalam fi bayan Umara’ al-Balad al-Haram ["The Summation Concerning the Leaders of the Sacrosanct Country"], a history of the Wahhabi fitna in Najd and the Hijaz.
12. Al-Dajwi, Hamd Allah: al-Basa’ir li Munkiri al-tawassul ka amthal Muhd. Ibn `Abdul Wahhab ["The Evident Proofs Against Those Who Deny the Seeking of Intercession Like Muhammad Ibn `Abdul Wahhab"].
13. Shaykh al-Islam Dawud ibn Sulayman al-Baghdadi al-Hanafi (1815-1881 CE): al-Minha al-Wahbiyya fi radd al-Wahhabiyya ["The Divine Dispensation Concerning the Wahhabi Deviation"]; Ashadd al-Jihad fi Ibtal Da`wa al-Ijtihad ["The Most Violent Jihad in Proving False Those Who Falsely Claim Ijtihad"].
14. Al-Falani al-Maghribi, al-Muhaddith Salih: menulis buku besar jawaban2 ulama-ulama 4 madzhab dalam menangkal faham Wahabi/salafi. authored a large volume collating the answers of scholars of the Four Schools to Muhammad ibn `Abd al-Wahhab.
15. Al-Habibi, Muhammad `Ashiq al-Rahman: `Adhab Allah al-Mujdi li Junun al-Munkir al-Najdi (siksa Allah yang pedih kepada pembangkang gila dari najed – “Allah’s Terrible Punishment for the Mad Rejector From Najd”).
16. Al-Haddad, al-Sayyid al-`Alawi ibn Ahmad ibn Hasan ibn al-Qutb Sayyidi `Abd Allah ibn `Alawi al-Haddad al-Shafi`i: al-Sayf al-batir li `unq al-munkir `ala al-akabir (pedang yang tajam untuk leher pembangkang imam2 besar – “The Sharp Sword for the Neck of the Assailant of Great Scholars”].. Juga kitab setebal 100 halaman yang tidak dipublikasikan berjudul: Misbah al-anam wa jala’ al-zalam fi radd shubah al-bid`i al-najdi al-lati adalla biha al-`awamm ( lampu ummat manusia dan cahaya penerang pada kegelapan berkenaan dengan sanggahan pada kerusakan dan bid’ah dari najed yang mana dia telah menyesatkan orang2 awam – “The Lamp of Mankind and the Illumination of Darkness Concerning the Refutation of the Errors of the Innovator From Najd by Which He Had Misled the Common People”].
17. Al-Hamami al-Misri, Shaykh Mustafa: Ghawth al-`ibad bi bayan al-rashad – ["The Helper of Allah's Servants According to the Affirmation of Guidance"].
18. Al-Hilmi al-Qadiri al-Iskandari, Shaykh Ibrahim: Jalal al-haqq fi kashf ahwal ashrar al-khalq ["The Splendor of Truth in Exposing the Worst of People] (pub. 1355H).
19. Al-Husayni, `Amili, Muhsin (1865-1952). Kashf al-irtiyab fi atba` Muhammad ibn `Abd al-Wahhab ["The Dispelling of Doubt Concerning the Followers of Muhammad ibn `Abd al-Wahhab"]. [Yemen?]: Maktabat al-Yaman al-Kubra, 198?.
20. Ibn `Abd al-Latif al-Shafi`i, `Abd Allah: Tajrid sayf al-jihad `ala mudda`i al-ijtihad ["The drawing of the sword of jihad against the false claimants to ijtihad"]. The family of Ibn `Abd al-Razzaq al-Hanbali in Zubara and Bahrayn possess both manuscript and printed refutations by scholars of the Four Schools from Mecca, Madina, al-Ahsa’, al-Basra, Baghdad, Aleppo, Yemen and other Islamic regions.
21. Ibn `Abd al-Wahhab al-Najdi, `Allama al-Shaykh Sulayman (elder brother of Muhammad ibn `Abd al-Wahhab – kakak kandung dajjal muhammad ibn wahhab) ; al-Sawa’iq al-Ilahiyya fi al-radd ‘ala al-Wahhabiyya ( halilintar yang hebat dalam menjawab wahabi). ["Divine Lightnings in Answering the Wahhabis"]. Ed. Ibrahim Muhammad al-Batawi. Cairo: Dar al-insan, 1987. Offset reprint by Waqf Ikhlas, Istanbul: Hakikat Kitabevi, 1994. Prefaces by Shaykh Muhammad ibn Sulayman al-Kurdi al-Shafi`i and Shaykh Muhammad Hayyan al-Sindi (Muhammad Ibn `Abd al-Wahhab’s shaykh) to the effect that Ibn `Abd al-Wahhab is “dall mudill” (”misguided and misguiding”).
22. Ibn `Abidin al-Hanafi, al-Sayyid Muhammad Amin: Radd al-muhtar `ala al-durr al-mukhtar, Vol. 3, Kitab al-Iman, Bab al-bughat. ["Answer to the Perplexed: A Commentary on "The Chosen Pearl,"" Book of Belief, Chapter on Rebels]. Cairo: Dar al-Tiba`a al-Misriyya, 1272 H.
Ibn `Afaliq al-Hanbali, Muhammad Ibn `Abdul Rahman: Tahakkum al-muqallidin bi man idda`a tajdid al-din (sindiran tajam para muqallid kepada mereka yang menuntut pembaharuan agama).Sebuah kitab yang meliputi banyak hal yang mana membuktikan kesesatan wahabi/ salafi dan tidak bisa dijawab oleh dajjal muhammad ibn wahab dan pengikutnya. [Sarcasm of the muqallids against the false claimants to the Renewal of Religion]. A very comprehensive book refuting the Wahhabi heresy and posting questions which Ibn `Abdul Wahhab and his followers were unable to answer for the most part. (Sumber: http://bankwahabi.wordpress.com/)
.Bahkan kemudian bangkitlah Para Ulama dari berbagai belahan dunia Islam yg menulis kitab yg berjilid-jilid hanya untuk menunjukkan berbagai kesalahan dan penyimpangan Albani, kita dapat lihat sebagai berikut :
- Ulama Ahli Hadis dari India yaitu Habib al-Rahman al-A`zami yg mengarang Kitab al-Albani Shudhudhuh wa Akhta’uh (“Penyimpangan dan Kesalahan Albani”) dalam 4 jilid.
- Ulama Siria yaitu DR. Muhammad Sa`id Ramadan al-Buti yg mengarang 2 kitab al-Lamadhhabiyya Akhtaru Bid`atin Tuhaddidu al-Shari`a al-Islamiyya (“Tidak bermadzbah adalah bid’ad terburuk melawan syari’at Islam”) and al-Salafiyya Marhalatun Zamaniyyatun Mubaraka La Madhhabun Islami (“Genreasi Awal Islam adalah Tahapan Masa yg penuh berkah, bukan madzhab Islam”)
- Ulama Ahli Hadis dari Maroko yaitu Imam `Abd Allah ibn Muhammad ibn al-Siddiq al-Ghumari yg mengarang Kitab Irgham al-Mubtadi` al-Ghabi bi Jawaz al-Tawassul bi al-Nabi fi al-Radd `ala al-Albani al-Wabi (“The Coercion of the Unintelligent Innovator with the Licitness of Using the Prophet – Allah bless and greet him – as an Intermediary in Refutation of al-Albani the Baneful”), al-Qawl al-Muqni` fi al-Radd `ala al-Albani al-Mubtadi` (“Ucapan yg Jelas untuk membantah al-Albani Sang Pelaku Bid’ah”), and Itqan al-Sun`a fi Tahqiq Ma`na al-Bid`a (“Aktivitas yg mulia untuk meneliti pengertian bida’h”).
- Ulama Ahli Hadis dari Maroko yaitu Imam `Abd al-`Aziz ibn Muhammad ibn al-Siddiq al-Ghumari yg mengarang Kitab Bayan Nakth al-Nakith al-Mu`tadi (“Penjelasan tentang penyimpanga Al-Mubtadi’ (Sang Pelaku bid’ah)”).
- Ulama Ahli Hadis dari Siria yaitu Imam `Abd al-Fattah Abu Ghudda yg mengarang Kitab Radd `ala Abatil wa Iftira’at Nasir al-Albani wa Sahibihi Sabiqan Zuhayr al-Shawish wa Mu’azirihima (“Bantahan atas kebatilan dan dusta dari Nasir al-Albani and sahabatnya Zuhayr al-Shawish dan para pengikutnya”).
- Ulama Ahli Hadis dari Mesir yaitu Imam Muhammad `Awwama yg mengarang Adab al-Ikhtilaf (“Etika dalam Perbedaan”).
- Ulama Ahli Hadis dari Mesir yaitu Imam Mahmud Sa`id Mamduh yg mengarang Wusul al-Tahani bi Ithbat Sunniyyat al-Subha wa al-Radd `ala al-Albani (“The Alighting of Mutual Benefit and Confirmation that the Dhikr-Beads are a Sunna in Refutation of al-Albani”) dan Tanbih al-Muslim ila Ta`addi al-Albani `ala Sahih Muslim (“Peringatan bagi kaum Muslimin tentang serangan Albani atas Sahih Muslim”).
- Ulama Ahli Hadis dari Saudi yaitu Imam Isma`il ibn Muhammad al-Ansar yg mengarang Kitab Ta`aqqubat `ala “Silsilat al-Ahadith al-Da`ifa wa al-Mawdu`a” li al-Albani (“Kritik atas kitab Silsilat al-Ahadith al-Da`ifa wa al-Mawdu`a” li al-Albani “), Tashih Salat al-Tarawih `Ishrina Rak`atan wa al-Radd `ala al-Albani fi Tad`ifih (“Meluruskan (persepsi) ttg sholat tarawih 20 raka’at dan bantahan atas al-Albani yg mendhoifkannya”), dan Ibahat al-Tahalli bi al-Dhahab al-Muhallaq li al-Nisa’ wa al-Radd `ala al-Albani fi Tahrimih (“Kebolehan memakai kalung perhiasan dari emas bagi para wanita dan bantahan atas Albani yg mengharamkannya”).
- Ulama Hadis Siria yaitu Imam Badr al-Din Hasan Diab yang mengarang kitab Anwar al-Masabih `ala Zulumat al-Albani fi Salat al-Tarawih (“Cahaya Pelita atas kegelapan Albani dlm masalah Salat tarawih”).
- Direktur Urursan keagamaan di Dubai, yaitu Syeikh`Isa ibn `Abd Allah ibn Mani` al-Himyari yg menulis kitab al-I`lam bi Istihbab Shadd al-Rihal li Ziyarati Qabri Khayr al-Anam – Allah bless and greet him – (“Penjelasan ttg sunnahnya bepergian untuk berziarah ke makam nabi SAW ) dan al-Bid`a al-Hasana Aslun Min Usul al-Tashri` (“Bid’ah Hasanah memiliki dasar dalam Pokok Tasyri’ “).
- Menteri Urusan Islam dan Keagamaan di Uni Emirat Arab yaitu Shaykh Muhammad ibn Ahmad al-Khazraji yang menulis sebuah artikel al-Albani: Tatarrufatuh (“Posisi Al-Albani’s yg Ekstrim”).
- Ulama Siria yaitu Syeikh Firas Muhammad Walid Ways dlm kitabnya Ibn al-Mulaqqin’s yg berjudul Sunniyyat al-Jumu`a al-Qabliyya (“Shalat Sunnah sebelum Sholat Jum’at adl sunnah”).
- Ulama Siria yaitu Imam Samer Islambuli yang mengarang kitab al-Ahad, al-Ijma`, al-Naskh.
- Ulama Yordania yaitu Imam As`ad Salim Tayyim yang mengarang Kitab Bayan Awham al-Albani fi Tahqiqihi li Kitab Fadl al-Salat `ala al-Nabi – (Penjelasan ttg kesalahan Albani dlm penelitiannya atas kitab Fadl al-Salat `ala al-Nabi)
- Ulama Ahli Hadi dari Yordania yaitu Imam Hasan `Ali al-Saqqaf yg mengarang dua jlid kitab berjudul Tanaqudat al-Albani al-Wadiha fi ma Waqa`a fi Tashih al-Ahadith wa Tad`ifiha min Akhta’ wa Ghaltat (“Albani’s Patent Self-Contradictions in the Mistakes and Blunders He Committed While Declaring Hadiths to be Sound or Weak”), Ihtijaj al-Kha’ib bi `Ibarat man Idda`a al-Ijma` fa Huwa Kadhib (“The Loser’s Recourse to the Phrase: `Whoever Claims Consensus Is a Liar!’”), al-Qawl al-Thabtu fi Siyami Yawm al-Sabt (“The Firm Discourse Concerning Fasting on Saturdays”), al-Lajif al-Dhu`af li al-Mutala`ib bi Ahkam al-I`tikaf (“The Lethal Strike Against Him Who Toys with the Rulings of I`tikaf), Sahih Sifat Salat al-Nabi Sallallahu `alayhi wa Sallam (“Sifat Sholat Nabi yg Benar”), I`lam al-Kha’id bi Tahrim al-Qur’an `ala al-Junub wa al-Ha’id (“The Appraisal of the Meddler in the Interdiction of the Qur’an to those in a State of Major Defilement and Menstruating Women”),
Talqih al-Fuhum al-`Aliya (“The Inculcation of Lofty Discernment”), and
Sahih Sharh al-`Aqida al-Tahawiyya (“Syarh Aqidah Ath-Thohawiyyah yg benar)”).
Alhamdulillah, telah bangkit para Ulama pembela Islam untuk meluruskan penyimpangan2 yg disebarkan oleh ‘orang yg tdk bertanggung jawab’, sehingga umat ini tetap dalam jalan yg sesuai dg Al-Haq yaitu Al-Kitab dan As-Sunnah. (Sumber: warkopmbahlalar.com)
"Meluruskan Sejarah Wahhabi"
Kata “Wahhabi” sudah tidak terasa asing ditelinga kita, ketika orang yang awam mendengar kata ini dan ketika membayangkan kelompok yang disebut dengan sebutan ini maka yang terbetik di mereka adalah aliran Islam yang sesat yang suka mengkafirkan atau menyesatkan kaum muslimin lainnya dan segudang celaan-celaan lain. Semuanya disebabkan oleh adanya sumber-sumber atau rujukan yang tidak jelas kebenarannya dan hanya kedustaan belaka yang tersebar dikalangan orang awam mengenai “Wahhabi”, atau juga karena ketaqlidan (hanya ikut-ikutan) sebagian orang awam terhadap tulisan-tulisan tersebut. Oleh karena itu dalam pembahasan ceramah bedah buku ini akan meluruskan dan membantah beberapa tuduhan yang dilontarkan kepada dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini yang disampaikan langsung oleh penulis, Ust Abu Ubaidah Yusuf. Bagi yang ingin mendapatkan penjelasan detail silahkan merujuk langsung ke buku langsung. Semoga bermanfaat.
Faidah-faidah yang dapat dipetik dari pembahasan,
- Bantahan terhadap salah satu artikel yang mencela syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan ajaran yang dibawanya dengan judul “Membongkar Kedok Wahabi, Satu Dari Dua Tanduk Setan” yang dimuat dalam majalah Cahaya Nabawi hal 8-17 edisi 33 th. III Sya’ban 1426 H
- Merupakan Sunnatulloh bahwa akan banyak celaan, fitnah, dan tuduhan yang miring yang dilontarkan kepada ulama-ulama yang menyebarkan dakwah tauhid, pemberantas syirik, bid’ah dan mengingatkan ummat atasnya. Hal ini sebagaimana yang menimpa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, yang dalam menyebarkan dakwahnya beliau dicela, difitnah, bahkan disakiti oleh orang-orang yang tidak menyukai dakwah tauhid beliau. Maka barangsiapa yang mengaku mengikuti Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, pasti akan mengalami hal yang sama yaitu dalam celaan, fitnah dan tuduhan yang jauh dari kebenaran untuk menjauhkan ummat kepada dakwah tauhid yang dibawanya.
- Keroposnya sumber, rujukan atau referensi penulis artikel tersebut, mengingat betapa pentingnya suatu penukilan dan periwayatan terhadap suatu kabar. Imam Muslim rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa merupakan kewajiban atas setiap orang yang bisa membedakan antara riwayat yang shahih dan lemah, dan antara penukil yang terpercaya dan pembohong, hendaknya dia tidak meriwayatkan kecuali kabar yang dia ketahui keabsahannya dan penukil yang terpercaya, dan menjauhi dari kabar orang-orang yang tertuduh dan penyeleweng dari kalangan ahli bid’ah. Adapun dalil yang menguatkan hal ini adalah firman Allah….(QS. Al-Hujurat :6) (Shahih Muslim 1/20-22 Syarah Nawawi)
- Sumber artikel tersebut berputar pada dua orang, yang pertama Mr.Hemper dan Syaikh Ahmad Zaini. Mr. Hemper, yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di timur tengah, sebagaimana pengakuan penulis (artikel tersebut) sendiri (hal.9). Jadi Hempher adalah seorang orientalis kafir yang dengki terhadap Islam dan berusaha sekuat tenaga untuk membuat kerusakan. Oleh karena itu para ulama bersepakat bahwa riwayat orang kafir adalah mentah, tidak diterima. Sedangkan tentang Syaikh Ahmad Zaini, syaikh Muhammad Rasyid Ridha mengatakan, “Sesungguhnya Dahlan bukanlah seorang yang ahli di bidang hadits, sejarah, dan ilmu kalam. Dia hanyalah taklid kepada orang-orang yang juga taklid dan hanya menukil dari kitab-kitab mutaakhirrin (orang-orang belakangan)” (Meluruskan Sejarah Wahhabi hal.23). Dengan demikian jika dilihat dari sumber rujukan, maka artikel tersebut berada pada pondasi yang keropos.
- Kitab-kitab yang dijadikan sumber rujukan artikel tersebut dengan kedua tokoh di atas sarat dengan kedustaan dan pemutarbalikkan fakta.Wahhabi bukanlah sebuah gelar yang dicetuskan oleh pengikut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah sendiri, namun dari musuh-musuh dakwah, baik karena politik saat itu atau para pecinta kesyirikan dari kalangan kaum sufi dan rafidhoh dengan tujuan melarikan manusia dari dakwah yang beliau emban dan menggambarkan bahwa beliau membawa ajaran baru atau madzhab kelima yang menyelisihi empat madzhab. (Meluruskan Sejarah Wahhabi hal. 76)
- Kesalahan penamaan gelar “Wahhabi” itu sendiri jika memang nama tersebut dinisbahkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Karena nama beliau bukanlah Abdul Wahhab (ayahnya), dan jika mau diluruskan, maka penamaan yang benar adalah “Muhammadiyah” karena nama beliau adalah Muhammad. Jika mau jujur, bahwa “Wahhabi” adalah golongan dan penamaan yang mulia karena justru penisbatan kepada al Wahhab (Maha Pemberi) yang merupakan salah satu nama Allah.
- Kelompok yang dituduh dengan sebutan “Wahhabi” bukanlah merupakan madzhab yang baru apalagi merupakan agama tersendiri diluar Islam. Raja Abdul Aziz mengatakan, “Mereka menjuluki kami “Wahhabiyun” dan madzhab kami adalah “Wahhabi” sebagai madzhab tertentu, maka ini adalah kesalahan fatal akibat kabar bohong yang didesuskan oleh sebagian kalangan yang memiliki niat jahat. Kami bukanlah pemeluk madzhab baru atau aqidah baru. Muhammad bin Abdul Wahhab tidaklah membawa ajaran baru. Aqidah kami adalah aqidah salaf shalih yang diajarkan dalam al-Quran dan as-Sunnah sebagaimana pemahaman salafus shalih. Kami menghormati imam empat, tidak adanya bagi kami Malik, Syafi’i, Ahmad, dan Abu Hanifah, semuanya sangat terhormat dalam pandangan kami.” (Meluruskan Sejarah Wahhabi hal.78).
- Pada kenyataannya, dapat kita saksikan sendiri bahwa setiap orang yang memperingatkan ummat atas kesyirikan dan cabang-cabangnya, mengingkari kebid’ahan dan memperingatkan ummat atasnya, maka dia akan disebut “Wahhabi”. Sehingga ini justru menjadi simbol bagi setiap golongan yang mengikuti al-Quran dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman yang benar yaitu pemahaman shalafus shalih. Maka tidak heran ada perkataan ulama, “Jika pengikut Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam adalah Wahhabi, maka akui bahwa diriku Wahhabi.” (Meluruskan Sejarah Wahhabi hal. 82)
- Salah satu contohnya adalah gelar yang diberikan pula kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat 728 H) sebagai “Wahhabi”, padahal beliau tidak mengenal Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan hidup pada masa sebelum syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (wafat 1206 H). Kenapa tidak sekalian saja bahwa syaikh Muhhammad bin Abdul Wahhab itu disebut “Taimiyyi” ? yang bisa saja beliau disebut demikian karena beliau hidup pada masa setelah Syaikh Ibnu Taimiyyah dengan ajaran yang dibawa sama, yakni dakwah tauhid, pemurnian Islam dari Syirik, Bid’ah, dan Khurofat.
- Bantahan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merendahkan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, tidak mencintai Nabi, tidak bersholawat kepada Nabi, bahkan tuduhan bahwa beliau mengaku menjadi Nabi.
- Bantahan bahwa syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab suka mengkafirkan kaum muslimin.
- Bantahan bahwa syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah finah Nejed seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam. (Sumber: maramissetiawan.wordpress.com)
Kenapa Wahhabi di Indonesia Malu di Panggil "WAHABI" Padahal Nama "WAHHABI" Diakui dan Dibanggakan Oleh Para Pemuka Wahabi Sendiri
Kebanyakan orang Wahabi mengingkari nama “Wahhabiyyah”, mereka berkata: “Tidak ada yang namanya kelompok Wahhabi”. Mereka bersikap demikian karena mereka tahu sejarah hitam gerakan Wahhabi; yang penuh dengan darah, teror, dan pembunuhan, lalu untuk mengelabui orang banyak gerakan mereka itu dibungkus dengan nama “Salafi”. Sementara, berikut ini bukti nyata bahwa sebagian mereka mengakui, - bahkan bangga-, menyebut gerakan yang dibawa Muhammad bin Abdul Wahhab ini dengan nama “Wahhabiyyah”. Ini tertulis nyata dalam buku yang mereka terbitkan sendiri; ditulis oleh salah seorang pemuka mereka di wilayah Qatar, bernama: “Ahmad bin Hajar Al Buthami Al bin Ali”, judul bukunya: “as Syekh Muhammad ibn Abdil Wahhab ‘Aqidatuh as Salafiyyah Wa Da’watuh al Islamiyyah”. Bahkan buku ini diedit dan sebarluaskan oleh pemuka Wahhabi lainnya, yaitu “Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz”. Dicetak tahun 1393 H, penerbit Syarikat Mathabi’ al Jazirah.
Perhatikan di halaman 105, ia menuliskan berikut ini:
فلما التقى الوهابيين في مكة
“Ketika bertemu dengan orang-orang Wahhabi di Mekah…”
Juga menuliskan:
استطاع الوهابيون أن يقيموا الدولة الإسلامية على أساس من المبادئ الوهابية
“… orang-orang Wahhabi mampu mendirikan Dawlah Islamiyyah di atas dasar ajaran-ajaran Wahhabiyah”
Kemudian juga menuliskan:
ولكن الدعوة الوهابية
“Akan tetapi dakwah Wahhabi…”
Juga menuliskan:
يدينون الإسلام على المذهب الوهابي
“Meraka (orang-orang Wahhabi) beragama Islam di atas madzhab Wahhabi”.
Penamaan diri mereka sebagai kaum Wahhabiyyah juga dikuatkan oleh pemuka Wahhabi lainnya, bernama Muhammad bin Jamil Zainu, salah seorang guru terkemuka Wahhabi di Mekah, dalam buku karyanya berjudul “Quthuf Min asy Syama’il al Muhammadiyyah”, cet. Dar ash Shahabah. Buku di ini disebarkan secara cuma-cuma (alias buku gratis) di wilayah Lebanon dibawah gerakan Wahhabi yang bernama “Jam’iyyah an Nur Wa al Iman al Khairiyyah al Islamiyyah”. Muhammad bin Jamil Zainu dengan bangga menuliskan:
وهابي نسبة إلى الوهاب وهو اسم من أسماء الله
“Nama Wahhabi adalah disandarkan kepada nama al Wahhab, dan dia itu (al Wahhab) adalah salah satu dari nama-nama Allah”.
Kita Katakan kepada Jamil Zainu: “Bohong ente mengatakan “Wahhabi” disandarkan kepada nama Allah “al Wahhab”, yang benar adalah kata “Wahhabi” disandarkan kepada perintis gerakan sesat, yaitu “Muhammad bin Abdul Wahhab”. Apa ente ngga tahu kalau dalam bahasa Arab “nisbah” itu seringkali dipakai dengan disandarkan kepada “Mudlaf Ilayh”-nya??? Seperti kata/nama “Abd Qais”; maka nisbah-nya menjadi “Qaisy”. Dan “nisbah” ini tidak harus hanya disandarkan kepada nama orang itu sendiri, tapi terkadang juga biasa disandarkan kepada nama ayahnya, atau nama kakeknya”.
Lainnya, yang menguatkan bahwa mereka mengakui sebagai orang-orang Wahhabi, dan bahwa ajaran yang mereka yakini sebagai ajaran Wahhabi; adalah mereka menamakan gerakan mereka dengan “Gerakan Faham Wahhabiyyah” (al Harakah al Wahhabiyyah), sebagaimana itu mereka tuliskan dalam buku-buku mereka, di antaranya oleh salah seorang pemuka mereka bernama “Muhammad Khalil Harras”, yang dengan bangga ia menuliskan judul karyanya dengan “al Harakah al Wahhabiyyah” (“Gerakan Faham Wahhabiyyah”). Buku ini dicetak penerbit Dar al Kutub al Arabi. Isi buku ini adalah pembelaan “mati-matian” terhadap ajaran Wahhabi, penulisannya dengan bangga menamakan gerakan ajaran Wahhabi dengan “ad Da’wah al Wahhabiyyah”, lihat di halaman 37.
Dengan demikian nama “Wahhabiyyah” telah ditetapkan dan dibanggakan oleh para pemuka Wahhabi sendiri, yang itu semua mereka ungkapkan dalam karya-karya mereka sendiri, karena itu “ngga ngaruh” bila kemudian “kroco-kroco” Wahhabi mengingkari itu semua.
Lihat, perhatikan, dan terus waspada… sebagian orang Wahhabi enggan memakai nama Wahhabi, tapi mereka lebih memilih nama-nama yang yang “wah” untuk mengelabui orang-orang awam; seperti “Salafi”, “Salafiyah”, “Anshar as Sunnah”, “Anshar at Tauhid”, “Jama’ah at Takfir Wa al Hijrah”, “Jam’iyyah an Nur Wa al Iman”, “al Jama’ah al Islamiyyah”, dan lain-lain. Bahkan sekolah-sekolah yang mereka dirikan seringkali memakai nama-nama para sahabat terkemuka, atau para Imam Madzhab; seperti “Utsman bin Affan”, “Umar bin Khattab”, “Imam Syafi’i”, dan lainnya. Waspadalah…!!!(Sumber : Aswaja)
Perbedaan Antara Wahbiyyah dan Wahhabiyyah
Dongeng ini sangat populer di kalangan Salafi-Wahhabi, padahal cerita ini adalah fiktif belaka dan tidak lebih dari hanya sebuah dongeng semata, tapi aneh nya dongeng ini bukan saja di sukai oleh anak-anak, tapi justru sangat populer dan di sukai oleh Ustadz atau Syekh Salafi-Wahhabi, Cuma saja dongeng ini beredar dengan beragam judul, dikalangan Salafi-Wahhabi lebih sering didongengkan dengan judul “Siapakah Wahhabi sesungguhnya ?” dan “Inilah Wahhabi Sesungguhnya” dan bahkan karena terlalu terbawa dan percaya dengan dongeng populer Wahhabiyyah Rustumiyyah ini, tanpa mencari tau kebenaran nya, sebagian orang menyangka cerita fiktif tersebut adalah sebuah kenyataan, meskipun tidak bisa membuktikan kebenaran ceritanya, karena kebiasaan para pengikut mereka yang hanya bisa membaca tapi tidak mencari Fakta yang mengerikan, hanya bisa mendengar tak bisa berkomentar, sehingga dongeng tersebut terus disebarkan oleh orang-orang yang tidak punya malu dan tanggung jawab (semoga Allah membalasnya dengan balasan yang setimpal).
Dongeng Populer Wahhabiyyah Rustumiyyah ini menceritakan tentang ajaran seorang yang bernama Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum [208 H/823 M] atau konon disebut dengan nama Wahhabi, dan di akhir cerita di vonis sesat oleh seorang Ulama bernama Al-Lakhmi atau nama lengkap Ali bin Muhammad Al-Lakhmi [478 H/1085 M], adapun bila ada kesamaan nama atau sebutan dalam dongeng tersebut hanyalah sebuah kebetulan atau memang ada misi dibalik nama-nama tersebut, namun nama-nama dan sebutan dalam dongeng populer ini tidak ada hubungan dengan Salafi-Wahhabi dengan bermacam variannya, yang juga difatwakan sesat oleh Ulama Ahlus Sunnah Waljama’ah seluruh dunia, karena Wahhabi yang difatwakan sesat oleh Ulama Ahlus Sunnah sedunia adalah ajaran Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab At-Tamimi An-Najdi [1206 H/1791M], sekali lagi bahwa Wahhabi dalam dongeng tersebut tidak ada hubungan apa pun dengan Wahhabi yang beredar disekeliling kita sekarang ini atau yang sering menyebut diri nya Salafi, mari kita ikuti dongeng populer ini sampai akhir, agar generasi kita tidak termakan oleh sebuah dongeng atau cerita yang tidak bisa dibuktikan kebenaran nya (semoga Allah menjaga kita semua dari fitnah Agama ini).
Begini Cerita nya ! Dongeng ini kami copas dari situs Syekh Salafi-Wahhabi, tapi ingat ini hanya sebuah dongeng ! harap baca sampai tuntas, agar tidak salah paham
Dongeng Wahhabiyyah Rustumiyyah
(awal dongeng)- Cerita ini berawal dari dialog antara Syaikh Muhammad bin Sa’ad Asy Syuwai’ir dengan para masyaikh/dosen-dosen disuatu Universitas Islam di Maroko (tidak jelas Universitasnya).
Salah seorang Dosen itu berkata: ”Sungguh hati kami sangat mencintai Kerajaan Saudi Arabia, demikian pula dengan jiwa-jiwa dan hati-hati kaum muslimin sangat condong kepadanya,dimana setiap kaum muslimin sangat ingin pergi kesana, bahkan antara kami dengan kalian sangat dekat jaraknya. Namun sayang, kalian berada diatas suatu Madzhab, yang kalau kalian tinggalkan tentu akan lebih baik, yaitu Madzhab Wahhabi.”
Kemudian Asy Syaikh dengan tenangnya menjawab: ”Sungguh banyak pengetahuan yang keliru yang melekat dalam pikiran manusia, yang mana pengetahuan tersebut bukan diambil dari sumber-sumber yang terpercaya, dan mungkin kalian pun mendapat khabar-khabar yang tidak tepat dalam hal ini.
Baiklah, agar pemahaman kita bersatu, maka saya minta kepada kalian dalam diskusi ini agar mengeluarkan argumen-argumen yang diambil dari sumber-sumber yang terpercaya,dan saya rasa di Universitas ini terdapat Perpustakaan yang menyediakan kitab-kitab sejarah islam terpercaya .Dan juga hendaknya kita semaksimal mungkin untuk menjauhi sifat Fanatisme dan Emosional.”
Dosen itu berkata : ”saya setuju denganmu, dan biarkanlah para Masyaikh yang ada dihadapan kita menjadi saksi dan hakim diantara kita.
Asy Syaikh berkata : ”saya terima, Setelah bertawakal kepada Allah, saya persilahkan kepada anda untuk melontarkan masalah sebagai pembuka diskusi kita ini.”
Dosen itu pun berkata :”baiklah kita ambil satu contoh, ada sebuah fatwa yang menyatakan bahwa firqah Wahhabi adalah Firqah yang sesat. Disebutkan dalam kitab Al-Mi ’yar yang ditulis oleh Al Imam Al-Wansyarisi, beliau menyebutkan bahwa Al-Imam Al-Lakhmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu orang-orangWahhabiyyun membangun sebuah masjid,”Bolehkan kita Sholat di Masiid yang dibangun olehorang-orang Wahhabi itu ??”maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab:”Firqah Wahhabiyyah adalah firqah yang sesat, yang masjidnya wajib untuk dihancurkan, karena mereka telah menyelisihi kepada jalannya kaum mu ’minin, dan telah membuat bid’ah yang sesat dan wajib bagi kaum muslimin untuk mengusir mereka dari negeri-negeri kaum muslimin ”.
Dosen itu berkata lagi :”Saya rasa kita sudah sepakat akan hal ini, bahwa tindakan kalian adalah salah selama ini,”
Kemudian Asy Syaikh menjawab : ”Tunggu dulu..!! kita belum sepakat, lagipula diskusi kita ini baru dimulai, dan perlu anda ketahui bahwasannya sangat banyak fatwa yang seperti ini yang dikeluarkan oleh para ulama sebelum dan sesudah Al-Lakhmi, untuk itu tolong anda sebutkan terlebih dahulu kitab yang menjadi rujukan kalian itu !”
Dosen itu berkata: ”anda ingin saya membacakannya dari fatwanya saja, atau saya mulai dari sampulnya ??”
Asy Syaikh menjawab:”dari sampul luarnya saja.”
Dosen itu kemudian mengambil kitabnya dan membacakannya: ”Namanya adalah Kitab Al-Mi’yar,yang dikarang oleh Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi. Wafat pada tahun 914 H dikota Fas, di Maroko.”
Kemudian Asy Syaikh berkata kepada salah seorang penulis di sebelahnya:”wahai syaikh, tolong catat baik- baik, bahwa Imam Al-Wansyarisi wafat pada tahun 914 H. Kemudian bisakah anda menghadirkan biografi Imam Al- Lakhmi ??”
Dosen itu berkata:”Ya,”kemudian dia berdiri menuju salah satu rak perpustakaan, lalu dia membawakan satu juz dari salah satu kitab-kitab yang mengumpulkan biografi ulama. Didalam kitab tersebut terdapat biografi Ali bin Muhammad Al-Lakhmi, seorang Mufti Andalusia dan Afrika Utara.
Kemudian Asy Syaikh berkata : ”Kapan beliau wafat?”
Yang membaca kitab menjawab: ”beliau wafat pada tahun 478 H”
Asy Syaikh berkata kepada seorang penulis tadi: ”wahai syaikh tolong dicatat tahun wafatnya Syaikh Al-Lakhmi ” kemudian ditulis.
Lalu dengan tegasnya Asy Syaikh berkata : ”Wahai para masyaikh….!!! Saya ingin bertanya kepada antum semua …!!! Apakah mungkin ada ulama yang memfatwakan tentang kesesatan suatu kelompok yang belum datang (lahir) ???? kecuali kalau dapat wahyu????”
Mereka semua menjawab :”Tentu tidak mungkin, Tolong perjelas lagi maksud anda !”
Asy syaikh berkata lagi : ”bukankah Wahhabi yang kalian anggap sesat itu adalah dakwahnya yang dibawa dan dibangun oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab ????
Mereka berkata : ”Siapa lagi???”
Asy Syaikh berkata:”Coba tolong perhatikan..!!! Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H, …
Nah,ketika Al-Imam Al-Lakhmi berfatwa seperi itu, jauh RATUSAN TAHUN lamanya syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab belum lahir. bahkan sampai 22 generasi keatas dari beliau sama belum yang lahir.apalagi berdakwah..
KAIF ??? GIMANA INI???
(Merekapun terdiam beberapa saat..)
Kemudian mereka berkata:”Lalu sebenarnya siapa yang dimaksud Wahhabi oleh Imam Al-Lakhmi tersebut ??” mohon dielaskan dengan dalil yang memuaskan, kami ingin mengetahui yang sebenarnya !”
Asy Syaikh pun menjawab dengan tenang : ”Apakah anda memiliki kitab Al-Firaq Fii Syimal Afriqiya, yang ditulis oleh Al-Faradbil, seorang kebangsaan Perancis ?”
Dosen itu berkata:”Ya ini ada,”
Asy Syaikh pun berkata :”Coba tolong buka di huruf “ wau” ..maka dibukalah huruf tersebut dan munculah sebuah judul yang tertulis “ Wahhabiyyah”
Kemudian Asy Syaikh menyuruh kepada Dosen itu untuk membacakan tentang biografi firqah Wahhabiyyah itu.
Dosen itu pun membacakannya: ”Wahhabi atau Wahhabiyyah adalah sebuah sekte KHOWARIJ ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum Al-Khoriji Al- Abadhi, Orang ini telah banyak menghapus Syari’at Islam, dia menghapus kewajiban menunaikan ibadah haji dan telah terjadi peperangan antara dia dengan beberapa orang yang menentangnya. Dia wafat pada tahun 197 H dikota Thorat di Afrika Utara. Penulis mengatakan bahwa firqah ini dinamai dengan nama pendirinya, dikarenakan memunculkan banyak perubahan dan dan keyakinan dalam madzhabnya. Mereka sangat membenci Ahlussunnah.
Setelah Dosen itu membacakan kitabnya Asy Syaikh berkata : ”Inilah Wahhabi yang dimaksud oleh imam Al-Lakhmi, inilah Wahhabi yang telah memecah belah kaum muslimin dan merekalah yang difatwakan oleh para ulama Andalusia dan Afrika Utara sebagaimana yang telah kalian dapati sendiri dari kitab-kitab yang kalian miliki. Adapun Dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang didukung oleh Al-Imam Muhammad bin Su’ud-Rahimuhumallah-, maka dia bertentangan dengan amalan dakwah Khowarij, karena dakwah beliau ini tegak diatas kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, dan beliau menjauhkan semua yang bertentangan dengan keduanya, mereka mendakwahkah tauhid, melarang berbuat syirik, mengajak umat kepada Sunnah dan menjauhinya kepada bid ’ah, dan ini merupakan Manhaj Dakwahnya para Nabi dan Rasul. (akhir dongeng)
Itulah dongeng lengkap yang sering diceritakan oleh para Syekh Salafi-Wahhabi kepada pengikut setia mereka, hati-hati jangan terjebak oleh dongeng ini …..!!!
BENARKAH CERITA ITU SEBUAH DONGENG ?
Dalam dongeng populer itu menceritakan bahwa ajaran Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum bernama Wahhabiyah nisbah kepada nama Abdul Wahhab, ternyata ajaran yang disebarkan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum itu bukan Wahhabiyyah ( الوهابيه ) tapi Wahbiyyah ( الوهبية ), lalu kenapa juga ajaran nya disebut Wahbiyyah ? apakah Wahbiyyah itu nisbah kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum ? nah tentu saja bukan karena ajaran Wahbiyyah tersebut adalah nisbah kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi (38 H) [عبد الله بن وهب الراسبي] [Lihat Al-Firaq Fii Syimal Afriqiya- halaman 145], lalu pecah kepada beberapa firqah, nah firqah nya Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum di sebut Wahbiyyah Rustumiyyah (bukan Wahhabiyyah Rustumiyyah), bahkan dalam kitab yang tersebut di atas (rujukan dalam dongeng) sangat jelas bahwa Al-Lakhmi di tanyakan tentang kaum Wahbiyyah, bukan tentang Wahhabiyyah, tetapi dalam dongeng disebutkan bahwa Al-Lakhmi ditanyakan tentang Wahhabiyyah, ini jelas-jelas tipuan dan pembodohan, simak penjelasan berikut ini :
Dalam kitab Tarikh Ibnu Khaldun juzuk II halaman 98, beliau berkata :
وكان يزيد قد أذل الخوارج ومهد البلاد فكانت ساكنة أيام روح ورغب في موادعة عبد الوهاب بن رستم وكان من الوهبية فوادعه
Perhatikan dari teks di atas : (ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻫﺒﻴﺔ)
dan adalah Abdul Wahhab bin Rustum sebagian dari “Wahbiyyah”
Maksudnya, Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum adalah pengikut Wahbiyyah bukan Wahhabiyyah, dan juga bukan pendiri Wahbiyyah sehingga ada anggapan bahwa ajarannya bernama Wahhabiyyah nisbah kepada namanya Abdul Wahhab, sungguh anggapan yang sangat keliru, perbedaan antara Wahbiyyah dan Wahhabiyyah bagaikan langit dan bumi, baik dari penulisan atau bacaannya, atau pun pada nisbah dan ajarannya, tapi kemiripan penulisan tulisan dan bacaannya membantu para Syekh Salafi-Wahhabi untuk menipu para simpatisan mereka, maka tertipulah orang-orang yang hanya bisa melihat tapi tak mau berpikir. (na’uzubillah)
Bahkan dalam Al-Mi’yaar al-Mu’rib wa al-Jaami’ al-Mughrib ‘an Fataawaa Ifriiqiyyah wa al-Andalus wa al-Maghrib juzuk 11 halaman 168 di tulis oleh Ahmad bin Yahya Al-Wansyarisi (sebagaimana rujukan dalam dongeng di atas)
وسئل اللخمي عن قوم من الوهبية سكنوا بين أظهر أهل السنة زمانا وأظهروا الآن مذهبهم وبنوا مسجدا ويجتمعون فيه ويظهرون مذهبهم في بلد فيه مسجد مبني لأهل السنة زمانا ، وأظهروا أنه مذهبهم وبنوا مسجدا يجتمعون فيه ويأتي الغرباء من كل جهة كالخمسين والستين ، ويقيمون عندهم ، ويعملون لهم بالضيافات ، وينفردون بالأعياد بوضع قريب من أهل السنة . فهل لمن بسط الله يده في الأرض الإنكار عليهم ، وضربهم وسجنهم حتى يتوبوا من ذلك ؟
Perhatikan dari teks di atas : (ﻭﺳﺌﻞ ﺍﻟﻠﺨﻤﻲ ﻋﻦ ﻗﻮﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻫﺒﻴﺔ)
“Dan Al-Lakhmi ditanyakan tentang satu kaum dari Wahbiyyah”
Maksudnya, Imam Al-Lakhmi ditanyakan tentang satu firqah dari Wahbiyyah, sementara dalam dongeng di atas disebutkan Al-Lakhmi ditanyakan tentang firqah Wahhabiyyah, sangat jelas ini tipuan belaka, Wahhabiyyah dalam penulisan bahasa Arab ber-tasydid pada (Ha) dan ada (Alif) di depan (Ha), sementara Wahbiyyah tulisan nya tidak ber-tasydid pada (Ha) dan tidak ada (Alif) di depan (Ha), maka fatwa Al-Lakhmi bukan tentang faham Wahhabiyyah, tapi tentang firqah Wahbiyyah, dan tidak ada hubungan antara Wahhabiyyah dan Wahbiyyah Rustumiyyah ibadhiyyah.
Dan dalam buku seorang sejarawan asal Perancis, sebagaimana rujukan dalam dongeng itu pula, yaitu Al-Firaq Fii Syimal Afriqiya, yang ditulis oleh Al-Faradbil [1364 H/1945 M], lihatlah penyimpangan cerita itu dengan apa yang tersebut dalam buku rujukan nya, ini tulisan Al-Faradbil dalam buku nya :
وقد سموا أيضا الوهبيين نسبة إلى عبد الله بن وهب الراسبي ، زعيم الخوارج
“Dan sungguh mereka dinamakan Wahbiyyin (الوهبيين) karena dinisbahkan kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi, yang di tuduh sebagai Khawarij” [Al-Firaq Fii Syimal Afriqiya- halaman 145].
Ternyata dalam buku Al-Faradbil juga tertulis Wahbiyyin, bukan Wahhabiyyin, dan dengan sharih disebutkan nisbahnya, Wahbiyyah atau Wahbiyyin bukan nisbah kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum sebagaimana dalam dongeng di atas, akan tetapi Wahbiyyah itu nisbah kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi.
Semakin terang benderang upaya makar para syekh Salafi-Wahhabi hendak memutar balikkan fakta, sungguh tipuan yang hampir sempurna, banyak trik yang telah mereka susupi dalam kitab, buku, situs dan blog mereka, dan para pengikut mereka tidak pernah mempertanyakan atau membuktikan kebenarannya, sikap para pengikut mereka yang hanya bisa taqlid buta, semakin mendukung para syekh akan terus mempertahankan taktik ini, (semoga membuka mata para pecinta dongeng itu).
Dan perhatikan nama-nama kitab Wahbiyyah berikut ini :
كتـاب ( تلخيص عقائد الوَهْبِيَّة في نكتة توحيد خالق البرية ) * للشيخ إبراهيم بن بيحمان اليسجني من علماء وادي مِيزَاب بالجزائر ( ت : 1232هـ / 1817م )
كتاب ( العقيدة الوَهْبِيَّة ) * للشيخ أبي مسلم ناصر بن سالم البَهْلانِي من علماء عُمَان ( ت : 1339هـ / 1920م )
كتاب ( دفع شبه الباطل عن الإباضية الوَهْبِيَّة المحقة ) * للشيخ أبي اليقظان إبراهيم من علماء وادي مِيزَاب بالجزائر ( ت : 1393هـ / 1973م )
Perhatikan, ini pengakuan dan pernyataan dari mereka sendiri bahwa faham mereka bernama “Wahbiyyah- الوَهْبِيَّة” bukan Wahhabiyyah, semua mata pun bisa melihat dengan sangat jelas, hanya hati yang ingkar yang masih mempertahankan cerita yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, ketika cerita atau sejarah sudah tidak lagi sesuai dengan fakta, maka pantaslah cerita itu masuk dalam kategori Dongeng, silahkan saja bercerita, tapi bukan untuk di percaya, tapi seharusnya seorang Ustadz tidak mengelabui murid-muridnya dengan cerita dusta, apalagi setingkat Ustadz lulusan luar negeri, sungguh sangat disayangkan. (semoga allah membuka mata mereka)
WAHHABI ADALAH NAMA AJARAN SYEKH MUHAMMAD IBNU ABDIL WAHHAB AT-TAMIMI AN-NAJDI
Berikut bukti pengakuan dari Syaikh Wahhabi yakni Ibnu Baz dalam kitab Fatawa Nur ‘ala al-darb pada soal yang ke 6 sebagai berikut :
س 6 – يقول السائل: فضيلة الشيخ، يسمي بعض الناس عندنا العلماء في المملكة العربية السعودية بالوهابية فهل ترضون بهذه التسمية؟ وما هو الرد على من يسميكم بهذا الاسم؟
“Soal ke 6 – Seseorang bertanya kepada Syaikh : Sebagian manusia menamakan Ulama-Ulama di Arab Saudi dengan nama Wahhabi [Wahhabiyyah], adakah antum ridha dengan nama tersebut ? dan apa jawaban untuk mereka yang menamakan antum dengan nama tersebut ?”
Syaikh Ibnu Baz menjawab sebagai berikut :
الجواب: هذا لقب مشهور لعلماء التوحيد علماء نجد ينسبونهم إلى الشيخ الإمام محمد بن عبد الوهاب رحمة الله عليه
“Jawab : Penamaan tersebut masyhur untuk Ulama Tauhid yakni Ulama Nejed [Najd], mereka menisbahkan para Ulama tersebut kepada Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab.
dan bahkan Ibnu Baz memuji nama tersebut, ia berkata :
dan bahkan Ibnu Baz memuji nama tersebut, ia berkata :
فهو لقب شريف عظيم
“Nama itu (Wahhabiyah) adalah panggilan yang sangat mulia dan sangat agung”.
Sungguh pengakuan yang sangat jujur yang seharusnya dimiliki oleh semua Syekh Salafi-Wahhabi, kenapa harus main curang kalau memang yakin dengan kebenaran dakwah Wahhabi ? lagi pula kebenaran dan kesesatan bukan pada sebuah nama atau julukan, justru kebohongan yang semakin lama semakin banyak Nampak ke permukaan, akan membuat para penggemar Salafi-Wahhabi kecewa, ketika mereka tau ternyata Wahhabi bukan bermanhaj Salaf.
KESALAHAN PARA SYEKH SALAFI-WAHHABI DALAM DONGENG INI
- Menghubungkan Fatwa tentang firqah Wahbiyyah dengan firqah Wahhabiyyah.
- Menghilangkan atau menganggap sama Wahbiyyah dengan Wahhabiyyah.
- Cerita nya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kitab atau buku rujukan yang tersebut dalam cerita itu.
- Menceritakan bahwa Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum adalah pendiri Wahbiyyah, agar sesuai dengan tujuan cerita.
- Ternyata tidak ada ajaran bernama Wahhabi pada masa daulah Rustumiyyah.
- Wahbiyyah ternyata nisbah kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi.
- Main curang untuk membela satu paham yang mereka anggap benar.
MISI DIBALIK DONGENG INI
Siapa pun bisa menebak apa misi di balik trik ini, trik yang sudah terlalu sering digunakan oleh para Syekh Wahhabi Saudi, walaupun trik ini kelihatan sangat super bodoh tapi tetap mereka pertahankan, karena sangat efektif mempengaruhi orang bodoh (awam), ideologi bodoh itu sangat ilmiah dan masuk akal di kalangan orang bodoh, tapi orang yang berpendidikan pasti bisa melihat apa maksudnya dongeng itu ? dia pasti bisa merasakan ada sesuatu di balik cerita yang tidak ada manfaat itu, dan bahkan sangat jelas dalam dongeng itu pun telah ada pembelaan terhadap ajaran Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab, kemiripan sebuah nama, mereka gunakan untuk menutupi kesesatan ajaran mereka, agar orang buta bertambah gelap dalam kebutaan nya, dan menyangka itulah Wahhabi sesungguhnya yang difatwakan sesat oleh ulama Ahlus Sunnah, dan ajaran sesat Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab pun terlepas dengan hanya sebuah dongeng belaka (na’uzubillah min dzalik).
FATWA ULAMA AHLUS SUNNAH WALJAMA’AH TENTANG AJARAN SYEKH MUHAMMAD BIN ABDIL WAHHAB AT-TAMIMI
Al-Imam Ibn Abidin Al-Hanafi berkata :
Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H. (Hasyiyah Raddul Muhtar ‘ala Ad-Durr al-Mukhtar-juzuk 4- halaman 262).
Al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid Al-Hanbali An-Najdi berkata :
Abdul Wahhab bin Sulaiman At-Tamimi An-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak terang-terangan berdakwah kecuali setelah meninggalnya sang ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para pendahulu dan orang-orang di daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada masyarakat, “Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya takdir Allah benar-benar terjadi. Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya. (As-Suhub Al-Wabilah ‘ala Dharaih Al-Hanabilah-halaman 275).
Al-Imam Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan Asy-Syafi’I Al-Makki :
Sayyid Abdurrahman al-Ahdal, mufti Zabid berkata: “Tidak perlu menulis bantahan terhadap Ibnu Abdil Wahhab. Karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam cukup sebagai bantahan terhadapnya, yaitu “Tanda-tanda mereka (Khawarij) adalah mencukur rambut (maksudnya orang yang masuk dalam ajaran Wahhabi, harus mencukur rambutnya)”. Karena hal itu belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari kalangan ahli bid’ah. (Fitnah Al-Wahhabiyah, halaman. 54).
Al-Imam Ahmad bin Muhammad As-Shawi Al-Maliki :
Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta. (Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain- juzuk 3- halaman 307).
Pandangan Ulama empat madzhab di atas sangat jelas untuk ajaran Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab At-Tamimi An-Najdi yang bernama Wahhabi, bukan untuk ajaran Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum atau Firqah Wahbiyyah Rustumiyyah Ibadhiyyah.
KESIMPULAN
~ Firqah yang difatwakan sesat oleh Al-Lakhmi dalam dongeng adalah ajaran yang dinisbahkan kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum yang bernama Wahhabiyyah, tapi kenyataan nya dalam rujukan kitab itu, bukan bernama Wahhabiyyah tapi Wahbiyyah.
~ Wahbiyyah bukan nisbah kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum, tapi nisbah kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi.
~ Wahbiyyah dan Wahhabiyyah adalah dua nama untuk dua ajaran yang berbeda dan masa berbeda.
~ Wahhabi atau Wahhabiyyah yang telah difatwakan sesat oleh Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah semua Madzhab, sejak kemunculan nya sampai sekarang adalah ajaran Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab At-Tamimi An-Najdi, dan tidak ada hubungan dengan fatwa Al-Lakhmi.
~ Ada misi di balik dongeng tersebut, mereka ingin membela ajaran Syekh mereka dengan cara berdusta dan membodohi para pengikut setia mereka, dan mengalihkan semua Fatwa Ulama hlus Sunnah Waljama’ah kepada ajaran lain yang hampir serupa nama nya dalam penulisan dan bacaannya.
~ Fatwa Ulama Ahlus Sunnah seluruh Madzhab, ditujukan kepada ajaran Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdi, yakni ajaran Salafi-Wahhabi.
~ Wahhabi dalam dongeng tersebut tidak ada hubungan dengan Salafi-Wahhabi, bukan sebagai bukti sesat nya atau tidak sesatnya.
~ Wahhabi yang sesungguhnya hanya ada satu yakni ajaran Syekh Muhammad bin Abdil Wahhab At-Tamimi An-Najdi, karena ajaran Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum tidak pernah dinamakan dengan nama Wahhabi kecuali hanya dalam dongeng itu saja.
~ Hati-hati membaca dongeng, jangan sampai anda termakan dan menjadi korban sebuah dongeng, apalagi dongeng dalam masalah Agama.
Semoga tulisan ini menjadi ilmu bagi penulis dan pembaca semua, dan juga kepada siapa pun yang pernah termakan oleh dongeng itu, Wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq, amiin… (Sumber: aswaja.webnode.com)
Wahhabi Mazhab ke lima ? (Menjawab Tuduhan).
Banyak musuh dakwah ini dan juga orang-orang yang tidak tahu hakikat kebenaran menuduh bahwa Imam Muhammad bin Abdul Wahhab datang dengan membawa mazhab ke lima. Artinya, beliau keluar dari empat mazhab ahli sunnah. Dengan tuduhan miring tersebut mereka ingin menciptakan opini publik bahwa beliau datang dengan membawa mazhab yang diada-adakan dalam agama.
Hanya orang bodoh atau orang yang memiliki kepentingan tertentu saja yang mengatakan kebohongan tersebut. Sebab, fakta membuktikan Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dan para ulama dakwah ini menegaskan bahwa mereka mengikuti mazhab Imam Ahmad dalam masalah-masalah furu' (cabang).
Walaupun demikian, mereka tetap menghormati tiga mazhab lainnya, yakni mazhab Hanafi, Mazhab Maliki dan Mazhab Syafi'i. Bahkan mereka sering cenderung pada pendapat para ulama dari kalangan mazhab Hambali ketika harus bertentangan dengan dalil yang kuat yang diajukan oleh salah satu mazhab yang lain. Itu dalam masalah furu' dan masalah-masalah yang bisa diijtihadi.
Adapun dalam masalah aqidah dan dasar-dasar agama, mereka – yakni Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya – tetap berjalan mengikuti manhaj keempat imam mazhab dan aqidah mereka sesuai dengan keyakinan mereka. Sebab, itulah sunnah yang ditekankan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dipegangi oleh sahabat, tabi'in, dan salafus shaleh lainnya. Hal ini saya jelaskan dalam pembicaraan mengenai aqidah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Berdasarkan hal itu bisa diketahui dengan pasti bahwa merekalah yang lebih berhak atas empat imam mazhab dan para Salafus Shaleh lainnya. Jadi, masalahnya sudah sangat jelas sehingga tidak perlu dibahas lagi.
Untuk meyakinkan kesetiaan dan konsistensinya terhadap sikap empat imam mazhab beliau berkata yang ditujukan kepada seluruh kaum muslimin dalam rangka menyangkal tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang ahli bid'ah yang memusuhinya. Beliau berkata: "Aqidah saya adalah sama dengan aqidah kaum Ahli Sunnah wal Jama'ah yang dipegang oleh para pemimpin kaum muslimin seperti keempat imam mazhab dan para pengikut mereka sampai hari kiamat nanti". (Ad-Durrar As Sunniyah, I/64, 79)
Disalin ulang oleh Anwar Baru Belajar dari buku Hanya Islam Bukan Wahhabi yang ditulis oleh Prof. Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql. (Sumber: hijrahdarisyirikdanbidah.blogspot.com)
Al-Wahhabiyyah
Al-Wahhabiyyah, sebutan yang dialamatkan kepada pengikut Muhammad bin Abdil Wahhab (w. 1206 H). Kelompok yang mengaku bermanhaj As-Salaf Ash-Shalih[1] Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, menyeru kepada pemurnian Tauhid dan memberantas apa yang mereka sebut syirik dan bid’ah[2].
Sekilas Tentang Muhammad bin Abdil Wahhab dan Kemunculan Wahhabiyyah
Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang mujtahid dari madzhab Hambali[3] yang dilahirkan dan dibesarkan di ‘Uyainah – Najed (saat itu wilayah Hijaz berada di bawah kendali Syarif Mekah dalam naungan Khilafah Turki ‘Utsmani). Dia berasal dari keluarga terpandang, kakeknya Sulaiman bin Ali (w. 1079 H) adalah seorang mufti di Najd, ayahnya Abdul Wahhab bin Sulaiman (w. 1153 H) adalah mufti sekaligus qadhi di Najd, dan saudaranya Sulaiman bin Abdil Wahhab (w. 1210 H) adalah ‘ulama besar di masanya.
Dari sisi pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab banyak terpengaruh oleh karya-karya Ibnu Taimiyyah (w. 728 H), bahkan ia menjadi lebih “ekstrem” daripada Ibnu Taimiyyah sendiri, namun dia belum menampakkan pemikirannya secara terang-terangan hingga ayahnya meninggal. Karena ringannya lisan dia dalam perkara takfir (menganggap kafir) dan tabdi’ (menganggap bid’ah), dan karena banyak menyelisihi para ulama (diantaranya saudaranya) akhirnya dia diusir dari tempat kelahirannya (‘uyainah) [4], hingga akhirnya bertemu dan berlindung pada Muhammad bin Sa’ud, amir wilayah Dir’iyyah. Setelah terjadi perjanjian-perjanjian dengan Muhammad bin Sa’ud, pada tahun 1747 pemikiran-pemikiran dia akhirnya diadopsi sebagai pendapat resmi dan dilindungi. Mulailah sejak saat itu paham-paham Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi gerakan madzhab dalam bentuk dakwah dan kekuasaan (dengan kekuatan senjata)[5]. Satu sisi penguasa berkepentingan dengan Madzhab Wahhabi untuk mengokohkan kekuasaan dengan ajaran-ajarannya dan para pengikutnya, di sisi lain Wahhabiyyah berkepentingan dengan penguasa untuk melindungi dan menyebarkan dakwahnya. Adapun Inggris, dari perjanjian-perjanjian rahasianya dengan keluarga Sa’ud, terus mengokohkan gerakan tersebut secara tidak langsung demi kepentingan memukul Khilafah dari dalam, melalui anteknya Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud yang memanfaatkan gerakan Wahhabiyyah, dengan dukungan dana dan senjata[6]. Tercatat dalam sejarah berbagai perang dikobarkan di bawah syi’ar pemurnian tauhid serta memberantas syirik dan bid’ah, berupa pemisahan diri dari Khilafah dan perluasan kekuasaan. Pada tahun 1212 H di Syam, 1216 H di Karbala, 1217 H di Tha’if dan Mekah Mukarramah, 1220 H di Madinah Munawwarah, 1222 H di Bashrah, dan 1225 H di Oman[7].
Wahhabiyyah di Mata Keluarga dan ‘Ulama Semasanya
1. Syaikh Ibnu ‘Abidin Al-Hanafi (w. 1252 H) dalam kitab Radd Al-Mukhtâr ‘alâ Ad-Durr Al-Mukhtâr Syarh Tanwîr Al-Abshâr:
“Pembahasan: Para Pengikut Ibnu Abdul Wahhab adalah Khawarij di Zaman Kita. Ungkapannya: ‘mereka (kaum Khawarij) mengkafirkan sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.’ Aku mengerti bahwa ini bukan syarat untuk sebutan Khawarij. Akan tetapi dia (sebutan Khawarij) adalah penjelas untuk siapa-siapa yang keluar dari ketaatan terhadap Ali bin Abi Thalib ra, jika memang tidak demikian maka cukup dengan pengkafiran siapa yang mereka tentang. Hal ini serupa dengan apa yang terjadi pada pengikut Ibnu Abdil Wahhab di zaman kita, yang mereka keluar dari Najd dan menguasai (secara paksa) Al-Haramain, mereka membentuk kelompok bermadzhab Hambali, mereka menyakini bahwa mereka muslim, dan bahwa siapa saja yang menyelisihi mereka adalah kaum musyrik, dengan alasan tersebut mereka menghalalkan membunuh pengikut Ahlus-Sunnah dan para ‘Ulama’nya.”
2. Syekh Ahmad ash-Shawi al-Maliki (w. 1241 H) dalam kitab Hâsyiah ‘alâ Tafsîr al-Jalâlayn:
“Menurut suatu pendapat bahwa ayat ini turun tentang kaum Khawarij, karena mereka adalah kaum yang banyak merusak takwil ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits Rasulullah. Mereka menghalalkan darah orang-orang Islam dan harta-harta mereka. Dan kelompok semacam itu pada masa sekarang ini telah ada. Mereka itu adalah kelompok yang berada di negeri Hijaz; bernama kelompok Wahhabiyyah. Mereka mengira bahwa diri mereka adalah orang-orang yang benar dan terkemuka, padahal mereka adalah para pendusta. Mereka telah dikuasai oleh setan hingga mereka lalai dari mengenal Allah. Mereka adalah golongan setan, dan sesungguhnya golongan setan adalah orang-orang yang merugi. Kita berdo’a kepada Allah, semoga Allah menghancurkan mereka.”
3. Syaikh Muhammad bin Abdullah An-Najdi Al-Hambali (w. 1295 H) dalam kitabAs-Suhub Al-Wâbilah ‘alâ Dharâih Al-Hanâbilah:
“(Tentang) Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali … dia adalah ayah dari Muhammad, juru dakwah yang keburukannya tersebar kemana-mana. … akan tetapi diantara mereka berdua (Abdul Wahhab dan anaknya Muhammad) terdapat perbedaan, namun Muhammad belum mendeklarasikan seruannya kecuali setelah ayahnya wafat. Ulama yang pernah aku temui memberitahuku dari siapa-siapa yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau pernah murka terhadap anaknya Muhammad dikarenakan dia tidak mau disibukkan dengan perkara fiqh sebagaimana para pendahulunya, dan ulama di tempatnya. Beliau berfirasat tentang terjadinya sesuatu dari diri anaknya itu, maka beliau berkata kepada kaum muslimin: waspadailah apa yang kalian dapati dari Muhammad (dari keburukan). Kemudian Allah mentakdirkan terjadinya apa yang telah terjadi, demikian pula putranya Sulaiman saudara dari Syaikh Muhammad, menolak dakwah Muhammad, dan membantahnya dengan bantahan yang baik dengan Al-Quran dan As-Sunnah, karena yang dia bantah tidak mau menerima kecuali dari dua sumber itu, tidak pula memperhitungkan perkataan ‘ulama manapun (baik yang terdahulu maupun yang terkini) kecuali Syaikh Taqyuddin Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnu Qoyyim, menurutnya perkataan mereka berdua bagaikan nash tidak perlu ditakwil.”
4. Syaikh al-Amir ash-Shan’ani (w. 1182 H), dalam kitab Irsyâd Dzawî al-Albâb Ilâ Haqîqat Aqwâl Muhammad Ibn ‘Abd al-Wahhâb (dalam bentuk sya’ir):
“Aku ralat ucapanku yang telah aku ucapkan tentang seorang yang berasal dari Najd, sekarang aku telah mengetahui kebenaran yang berbeda dengan sebelumnya”. “Dahulu aku berbaik sangka baginya, dahulu aku berkata: Semoga kita mendapati dirinya sebagi seorang pemberi nasehat dan pemeberi petunjuk bagi orang banyak” “Ternyata prasangka baik kita tentangnya adalah kehampaan belaka. Namun demikian bukan berarti nasehat kita juga merupakan kesia-siaan, karena sesungguhnya setiap prasangka itu didasarkan kepada ketaidaktahuan akan hakekat-hakekat”. “Telah datang kepada kami “Syekh” ini dari tanah asalnya. Dan telah menjadi jelas bagi kami dengan sejelas-jelasnya tentang segala hakekat keadaannya dalam apa yang ia tampakkan”. “Telah datang dalam beberapa tulisan risalah yang telah ia tuliskan, dengan sengaja di dalamnya ia mengkafirkan seluruh orang Islam penduduk bumi, -selain pengikutnya sendiri”.
“Seluruh dalil yang mereka jadikan landasan dalam mengkafirkan seluruh orang Islam penduduk bumi tersebut jika dibantah maka landasan mereka tersebut laksana sarang laba-laba yang tidak memiliki kekuatan”.
Dan tercatat ratusan karya para ulama sejak kemunculan Wahhabiyyah hingga kini yang terlahir dalam rangka membantah paham-paham Wahhabiyyah dan meluruskan sejarah kemunculannya dari pengkaburan yang dilakukan oleh penguasa dan para pengikutnya. Selain yang telah disebut di atas, ada As-Salafiyyah-marhalah zamaniyyah mubârokah lâ madzhab islâmiy oleh Sa’id Al-Buthi, As-Salafiyyah wa Tasytît Al-Ummah oleh Sa’id Faudah, As-Salaf wa As-Salafiyyûn oleh Ibrahim ‘As’as, As-Salafiyyah bayna At-Ta’shîl wa Al-Ibtidâ’ oleh Musthofa Farhat, Al-Wahhâbiyyah fî Shûratihâ Al-Haqîqiyyah oleh Shaib Abdul Hamid, Al-Wahhâbiyyah oleh Hasan As-Saqqaf, Jalâ’ Azh-Zhalâm fî Ar-Radd ‘alâAl-Wahhâbiyyah allatî Dhallalat Al-‘Awwâm oleh Jamil Halim, Fitnah Al-Wahhâbiyyah oleh Zaini Dahlan, Muhâdharah ‘an As-Salafiyyah oleh Sa’id Mamduh, Nashîhah li-ikhwâninâ ‘ulamâ Najd oleh Ar-Rafi’i, Hâ-ulâ-i hum Khawârijoleh Abdullah Al-Qahthan, Kasyf Al-Irtiyâb fî Atbâ’i Muhammad bin Abdil Wahhâboleh Al-‘Amili, dan masih banyak lagi.
Diantara Prinsip Dakwah Wahhabiyyah
1. Dakwah kepada pemurnian Tauhid
2. Dakwah melawan bid’ah dan khurafat
3. Membolehkan kekerasan dalam melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar
Fenomena Fatwa Ulama Wahhabiyyah
Berikut beberapa landasan Ulama Wahhabiyyah dalam berfatwa, disertai contoh:
a) Prasangka buruk (sû’ azh-zhann). Misalnya, fatwa haramnya wanita menyetir mobil berdasarkan alasan bahwa sopir adalah pusat perhatian orang di jalanan dan wanita tidak boleh menjadi pusat perhatian; demikian juga dengan fatwa haramnya wanita menggunakan internet tanpa disertai mahram.
b) Pesanan penguasa. Misalnya, fatwa melarang Demonstrasi untuk Palestina; fatwa haramnya membahas politik di mimbar jum’at; fatwa haramnya mendoakan keburukan untuk Yahudi; fatwa wajibnya warga Palestina (Tepi Barat) untuk berhijrah (menyerahkan tanahnya kepada Yahudi).
c) Bertentangan dengan yang mereka pahami dari pemikiran Ibn Taimiyyah. Misalnya, fatwa menolak Hadits Ahad dalam hal Akidah adalah Bid’ah; juga fatwa haramnya mengunjungi makam Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
d) Memahami ayat-ayat mutasyâbihât secara zhahir. Misalnya, menyesatkan Al-Bukhari, An-Nawawi, dan Ibnu Hajar Al-Asqalani karena mereka memaknai ayat-ayat mutasyâbihât dengan penakwilan.
e) Kurang memahami fakta. Misalnya, menganggap bid’ah melafazhkan niat dalam shalat. karena fakta shalat mulai dari takbir hingga salam, sehingga niat dengan batin, dilafalkan, atau dengan membaca tulisan tidak masalah.
f) Kurang menguasai ilmu hadits. Misalnya, berhujjah dengan Hadits dha’îf dan maudhû’ dalam hal Akidah; salah dalam menyebutkan perawi hadits[8]; dan salah dan tidak konsisten dalam men-takhrij hadits[9].
g) Membolehkan dusta. Misalnya, menambah redaksi Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam oleh Muhammad bin Abdil Wahhab dalam kitabnya At-Tawhîd Alladzî Huwa Haqq Allâh ‘alâ Al-‘Ibâd[10]; juga merubah dan mengurangi redaksi ungkapan ‘ulama yang tidak sesuai dengan pendapatnya dalam kitabnya yang mereka terbitkan[11]. []
[1] Generasi salaf adalah ‘ulama yang hidup pada rentang waktu lebih-kurang 300 tahun setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (yaitu masa sahabat, tâbi’în, dan tâbi’ut-tabi’în). Selebihnya (sampai hari ini) disebut ‘ulama khalaf. Berdasarkan Hadits:
عن عمران بن حصين رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال خيركم قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم (صحيح البخاري – ج 20 / ص 54)
Lihat Mu’jam Lughah Al-Fuqohâ, kata kunci: (السلف). Oleh karenanya pengikut Wahhabiyyah menamakan diri mereka sebagai Salafiyyun (pengikut generasi salaf) atau Muwahhidûn (yang mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala).
[2] Berkata Syaikh Rawwas Qal’ahji:
البدعة : ما لم يرد عن الله سبحانه ولا عن رسوله صلى الله عليه وسلم ، ولا عن أحد من فقهاء الصحابة وهي على نوعين : بدعة هدى وهي ما وافقت مقاصد الشريعة ، وبدعة ضلالة وهي ما تناقضت مع مقاصد الشريعة . (معجم لغة الفقهاء – ج 1 / ص 123)
[3] Lihat Abdul Qodim Zallum, Kayfa Huddimat Al-Khilâfah, hlm 14. Hal tersebut menurut pengakuannya sendiri dan para pengikutnya saat itu. Akan tetapi, saudaranya yang bernama Sulaiman bin Abdil Wahhab mengingkari dan membantahnya dalam kitab beliau yang berjudul Ash-Shawâ’iq Al-Ilâhiyyah Fî Ar-Roddi ‘Alâ Al-Wahhâbiyyah.
[4] Lihat Ad-durar As-Sunniyyah fir-Raddi ‘alal-Wahhâbiyyah, karya Ahmad bin Zaini Dahlan, hlm 46. Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab membantah saudaranya dalam kitabnya Fashl Al-Khithâb fî Ar-Radd ‘alâ Muhammad bin Abdil Wahhâb.
[5] Lihat Abdul Qodim Zallum, Kayfa Huddimat Al-Khilâfah, hlm 14. Lihat juga Az-Zarkali, Al-A’lâm, vol 6, hlm 257.
[7] Ibid, hlm 18. Lihat juga ‘Unwân Al-Majd fî Târîkh Najd karya sejarahwan muslim Ibn Basyar, Jahîm Al-Hukm As-Su’ûdi wa Nîrân Al-Wahhâbiyyah karya Syaikh Khalifah Fahd, Al-Hurûb Al-Wahhâbiyyah ‘alâ Al-Hijâz karya Syaikh Khalid Syubaksyi, dan Al-Wahhâbiyyah fî Shûratihâ Al-Haqîqiyyah karya Syaikh Shaib Abdul Hamid.
[8] Hasan bin Ali As-Saqqaf, Min Fadhâ’ih Kitâb At-Tawhid li-Muhammad bin Abdil Wahhâb, hlm 6. Setelah menjelaskan beberapa contoh kerancuan nash-nash yang digunakan Muhammad bin Abdil Wahhab dalam kitab Tauhid-nya, Syaikh Hasan As-Saqqaf berkata: “Demi Allah wahai pengikut Wahhabi, apakah kalian membangun akidah kalian berdasarkan hadits-hadits (yang diriwayatkan) oleh para pendusta, pemalsu hadits, perowi lemah, perowi matruk (yang ditinggalkan haditsnya), perowi majhul (yang tidak dikenal), bahkan riwayat-riwayat yang tidak bersumber dari kitab-kitab hadits, dan kalian meninggalkan firman Allah yang muhkam, dan sabda Rasulullah yang tsabit nan masyhur?!!”
[9] Terjadi pada karya-karya Al-Albani (rujukan Wahhabiyyah dalam bidang ilmu hadits), sebagaimana dipaparkan Hasan As-Saqqaf dengan Tanâqudhât Al-Albânî Al-Wâdhihât, kritikan juga datang dari Syaikh Abdullah Al-Ghimari denganAr-Radd ‘alâ Al-Albânî al-Mubtadi’ dan Ar-Rasail Al-Ghmâriyyah.
[10] Ibid, hlm 2. Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab menambah redaksi hadits shahih riwayat Muslim dengan lafazh (فصدقه) yang tidak ditemukan pada kitab aslinya (Shahih Muslim). Dan sejumlah penambahan redaksi lainnya, silahkan lihat dalam kitab karangan Syaikh As-Saqqaf di atas.
[11] Sebagai contoh redaksi perkataan An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar, berbunyi “fashl; fî ziyârati qabr Rasûlillâh saw” dirubah dalam terbitan Saudi dengan lafadz “fashl; fi ziyâroti masjid Rasûlillâh saw”. Serta menghilangkan halaman 297 dari kitab tersebut. Keterangan pentahqiq Abdul Qodir Al-Arna’uth, Damaskus 1 Rabi’ul Awwal 1413 H. (Sumber: elwatsiq.wordpress.com)
Buya Hamka: Vonis Sesat terhadap Wahabi Direkayasa untuk Gurita Kolonialisme
Oleh: Zulkarnain Khidir
Mahasiswa Universitas Prof. DR. HAMKA, Jakarta
Mahasiswa Universitas Prof. DR. HAMKA, Jakarta
Belakangan ketika isu terorisme kian dihujamkan di jantung pergerakan umat Islam agar iklim pergerakan dakwah terkapar lemah tak berdaya. Nama Wahabi menjadi salah satu faham yang disorot dan kian menjadi bulan-bulanan aksi “tunjuk hidung,” bahkan hal itu dilakukan oleh kalangan ustadz dan kiyai yang berasal dari tubuh umat Islam itu sendiri.
Beberapa buku propaganda pun diterbitkan untuk menghantam pergerakan yang dituding Wahabi, di antaranya buku hitam berjudl “Sejarah Berdarah Sekte Salafi-Wahabi: Mereka Membunuh Semuanya Termasuk Para Ulama.” Bertubi-tubi, berbagai tudingan dialamatkan oleh alumnus dari Universitas di Bawah Naungan Kerajaan Ibnu Saud yang berhaluan Wahabi, yaitu Prof. Dr. Said Siradj, MA. Tak mau kalah, para kiyai dari pelosok pun ikut-ikutan menghujat siapapun yang dituding Wahabi. Kasus terakhir adalah statement dari kiyai Muhammad Bukhori Maulana dalam tabligh akbar FOSWAN di Bekasi baru-baru ini turut pula menyerang Wahabi dengan tudingan miring. Benarkah tudingan tersebut?
Menarik memang menyaksikan fenomena tersebut. Gelagat pembunuhan karakter terhadap dakwah atau personal pengikut Wahabi ini bukan hal baru, melainkan telah lama terjadi. Hal ini bahkan telah diurai dengan lengkap oleh ulama pejuang dan mantan ketua MUI yang paling karismatik, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa disapa Buya HAMKA. Siapa tak mengenal Buya HAMKA? Kegigihan, keteguhan dan independensinya sebagai seorang ulama tidak perlu diragukan lagi tentunya.
Dalam buku “Dari Perbendaharaan Lama,” Buya HAMKA dengan gamblang beliau merinci berbagai fitnah terhadap Wahabi di Indonesia sejatinya telah berlangsung berkali-kali. Sejak Masa Penjajahan hingga beberapa kali Pemilihan Umum yang diselenggarakan pada era Orde Lama, Wahabi seringkali menjadi objek perjuangan yang ditikam fitnah dan diupayakan penghapusan atas eksistensinya. Mari kita cermati apa yang pernah diungkap Buya Hamka dalam buku tersebut:
“Seketika terjadi Pemilihan Umum , orang telah menyebut-nyebut kembali yang baru lalu, untuk alat kampanye, nama “Wahabi.” Ada yang mengatakan bahwa Masyumi itu adalah Wahabi, sebab itu jangan pilih orang Masyumi. Pihak komunis pernah turut-turut pula menyebut-nyebut Wahabi dan mengatakan bahwa Wahabi itu dahulu telah datang ke Sumatera. Dan orang-orang Sumatera yang memperjuangkan Islam di tanah Jawa ini adalah dari keturunan kaum Wahabi.
Memang sejak abad kedelapan belas, sejak gerakan Wahabi timbul di pusat tanah Arab, nama Wahabi itu telah menggegerkan dunia. Kerajaan Turki yang sedang berkuasa, takut kepada Wahabi. Karena Wahabi adalah, permulaan kebangkitan bangsa Arab, sesudah jatuh pamornya, karena serangan bangsa Mongol dan Tartar ke Baghdad. Dan Wahabi pun ditakuti oleh bangsa-bangsa penjajah, karena apabila dia masuk ke suatu negeri, dia akan mengembangkan mata penduduknya menentang penjajahan. Sebab faham Wahabi ialah meneguhkan kembali ajaran Tauhid yang murni, menghapuskan segala sesuatu yang akan membawa kepada syirik. Sebab itu timbullah perasaan tidak ada tempat takut melainkan Allah. Wahabi adalah menentang keras kepada Jumud, yaitu memahamkan agama dengan membeku. Orang harus kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Ajaran ini telah timbul bersamaan dengan timbulnya kebangkitan revolusi Prancis di Eropa. Dan pada masa itu juga “infiltrasi” dari gerakan ini telah masuk ke tanah Jawa. Pada tahun 1788 di zaman pemerintahan Paku Buwono IV, yang lebih terkenal dengan gelaran “Sunan Bagus,” beberapa orang penganut faham Wahabi telah datang ke tanah Jawa dan menyiarkan ajarannya di negeri ini. Bukan saja mereka itu masuk ke Solo dan Yogya, tetapi mereka pun meneruskan juga penyiaran fahamnya di Cirebon, Bantam dan Madura. Mereka mendapat sambutan baik, sebab terang anti penjajahan.
Sunan Bagus sendiri pun tertarik dengan ajaran kaum Wahabi. Pemerintah Belanda mendesak agar orang-orang Wahabi itu diserahkan kepadanya. Pemerintah Belanda cukup tahu, apakah akibatnya bagi penjajahannya, jika faham Wahabi ini dikenal oleh rakyat.
Padahal ketika itu perjuangan memperkokoh penjajahan belum lagi selesai. Mulanya Sunan tidak mau menyerahkan mereka. Tetapi mengingat akibat-akibatnya bagi Kerajaan-kerajaan Jawa, maka ahli-ahli kerajaan memberi advis kepada Sunan, supaya orang-orang Wahabi itu diserahkan saja kepada Belanda. Lantaran desakan itu, maka mereka pun ditangkapi dan diserahkan kepada Belanda. Oleh Belanda orang-orang itu pun diusir kembali ke tanah Arab.
Tetapi di tahun 1801, artinya 12 tahun di belakang, kaum Wahabi datang lagi. Sekarang bukan lagi orang Arab, melainkan anak Indonesia sendiri, yaitu anak Minangkabau. Haji Miskin Pandai Sikat (Agam) Haji Abdurrahman Piabang (Lubuk Limapuluh Koto), dan Haji Mohammad Haris Tuanku Lintau (Luhak Tanah Datar).
Mereka menyiarkan ajaran itu di Luhak Agam (Bukittinggi) dan banyak beroleh murid dan pengikut. Diantara murid mereka ialah Tuanku Nan Renceh Kamang. Tuanku Samik Empat Angkat. Akhirnya gerakan mereka itu meluas dan melebar, sehingga terbentuklah “Kaum Paderi” yang terkenal. Di antara mereka ialah Tuanku Imam Bonjol. Maka terjadilah “Perang Paderi” yang terkenal itu. Tiga puluh tujuh tahun lamanya mereka melawan penjajahan Belanda.
Bilamana di dalam abad ke delapan belas dan Sembilan belas gerakan Wahabi dapat dipatahkan, pertama orang-orang Wahabi dapat diusir dari Jawa, kedua dapat dikalahkan dengan kekuatan senjata, namun di awal abad kedua puluh mereka muncul lagi!
Di Minangkabau timbullah gerakan yang dinamai “Kaum Muda.” Di Jawa datanglah K.H. A. Dahlan dan Syekh Ahmad Soorkati. K.H.A. Dahlan mendirikan “Muhammadiyah.” Syekh Ahmad Soorkati dapat membangun semangat baru dalam kalangan orang-orang Arab. Ketika dia mulai datang, orang Arab belum pecah menjadi dua, yaitu Arrabithah Alawiyah dan Al-Irsyad. Bahkan yang mendatangkan Syekh itu ke mari adalah dari kalangan yang kemudiannya membentuk Ar-Rabithah Adawiyah.
Musuhnya dalam kalangan Islam sendiri, pertama ialah Kerajaan Turki. Kedua Kerajaan Syarif di Mekkah, ketiga Kerajaan Mesir. Ulama-ulama pengambil muka mengarang buku-buku buat “mengafirkan” Wahabi. Bahkan ada di kalangan Ulama itu yang sampai hati mengarang buku mengatakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahab pendiri faham ini adalah keturunan Musailamah Al Kahzab!
Pembangunan Wahabi pada umumnya adalah bermazhab Hambali, tetapi faham itu juga dianut oleh pengikut Mazhab Syafi’i, sebagai kaum Wahabi Minangkabau. Dan juga penganut Mazhab Hanafi, sebagai kaum Wahabi di India.
Sekarang “Wahabi” dijadikan alat kembali oleh beberapa golongan tertentu untuk menekan semangat kesadaran Islam yang bukan surut ke belakang di Indonesia ini, melainkan kian maju dan tersiar. Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu di waktu ini, yang dibenci bukan lagi pelajaran wahabi, melainkan nama Wahabi.
Ir. Dr. Sukarno dalam “Surat-Surat dari Endeh”nya kelihatan bahwa fahamnya dalam agama Islam adalah banyak mengandung anasir Wahabi.
Kaum komunis Indonesia telah mencoba menimbulkan sentiment Ummat Islam dengan membangkit-bangkit nama Wahabi. Padahal seketika terdengar kemenangan gilang-gemilang yang dicapai oleh Raja Wahabi Ibnu Saud, yang mengusir kekuasaan keluarga Syarif dari Mekkah. Umat Islam mengadakan Kongres Besar di Surabaya dan mengetok kawat mengucapkan selamat atas kemenangan itu (1925). Sampai mengutus dua orang pemimpin Islam dari Jawa ke Mekkah, yaitu H.O.S. Cokroaminoto dan K.H. Mas Mansur. Dan Haji Agus Salim datang lagi ke Mekkah tahun 1927.
Karena tahun 1925 dan tahun 1926 itu belum lama, baru lima puluh tahun lebih saja, maka masih banyak orang yang dapat mengenangkan bagaimana pula hebatnya reaksi pada waktu itu, baik dari pemerintah penjajahan, walau dari Umat Islam sendiri yang ikut benci kepada Wahabi, karena hebatnya propaganda Kerajaan Turki dan Ulama-ulama pengikut Syarif.
Sekarang pemilihan umum yang pertama sudah selesai. Mungkin menyebut-nyebut “Wahabi” dan membusuk-busukkannya ini akan disimpan dahulu untuk pemilihan umum yang akan datang. Dan mungkin juga propaganda ini masuk ke dalam hati orang, sehingga gambar-gambar “Figur Nasional,” sebagai Tuanku Imam Bonjol dan K.H.A. Dahlan diturunkan dari dinding. Dan mungkin perkumpulan-perkumpulan yang memang nyata kemasukan faham Wahabi seperti Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis dan lain-lain diminta supaya dibubarkan saja.
Kepada orang-orang yang membangkit-bangkit bahwa pemuka-pemuka Islam dari sumatera yang datang memperjuangkan Islam di Tanah Jawa ini adalah penganut atau keturunan kaum Wahabi, kepada mereka orang-orang dari Sumatera itu mengucapkan banyak-banyak terima kasih! Sebab kepada mereka diberikan kehormatan yang begitu besar!
Sungguh pun demikian, faham Wahabi bukanlah faham yang dipaksakan oleh Muslimin, baik mereka Wahabi atau tidak. Dan masih banyak yang tidak menganut faham ini dalam kalangan Masyumi. Tetapi pokok perjuangan Islam, yaitu hanya takut semata-mata kepada Allah dan anti kepada segala macam penjajahan, termasuk Komunis, adalah anutan dari mereka bersama!”
Dari paparan tersebut, jelaslah bahwa Buya HAMKA berhasil menelisik akar terjadinya fitnah yang dialamatkan kepada Wahabi. Ini menandakan vonis “Faham Hitam” yang dituduhkan kepada Wahabi pada dasarnya adalah modus lama namun didesain dengan gaya baru yang disesuaikan dengan kepentingan dan arahan yang disetting oleh paraThink Tank “Gurita Kolonialisme Abad 21.”
Maka perhatikanlah apa yang pernah diutarakan oleh Buya HAMKA dalam pembahasan Islam dan Majapahit berikut ini:
“Memang, di zaman Jahiliyah kita bermusuhan, kita berdendam, kita tidak bersatu! Islam kemudiannya adalah sebagai penanam pertama dari jiwa persatuan. Dan Kompeni Belanda kembali memakai alat perpecahannya, untuk menguatkan kekuasaannya.”
“Tahukah tuan, bahwasanya tatkala Pangeran Dipenogero, Amirul Mukminin Tanah Jawa telah dapat ditipu dan perangnya dikalahkan, maka Belanda membawa Pangeran Sentot Ali Basyah ke Minangkabau buat mengalahkan Paderi? Tahukah tuan bahwa setelah Sentot merasa dirinya tertipu, sebab yang diperanginya itu adalah kawan sefahamnya dalam Islam, dan setelah kaum Paderi dan raja-raja Minangkabau memperhatikan ikatan serbannya sama dengan ikatan serban Ulama Minangkabau, sudi menerima Sentot sebagai “Amir” Islam di Minangkabau? Teringatkah tuan, bahwa lantaran rahasia bocor dan Belanda tahu, Sentot pun diasingkan ke Bengkulu dan di sana beliau berkubur buat selama-lamanya?”
“Maka dengan memakai faham Islam, dengan sendirinya kebangsaan dan kesatuan Indonesia terjamin. Tetapi dengan mengemukakan kebangsaan saja, tanpa Islam, orang harus kembali mengeruk, mengorek tambo lama, dan itulah pangkal bala dan bencana!”
Kiranya, sepeninggal HAMKA, alangkah laiknya jika umat Islam masih kenal dan bisa mengimplementasikan apa yang diutarakan Buya HAMKA dalam bukunya tersebut. Dengan demikian, niscaya umat Islam tidak perlu sampai menjadi keledai yang terjerembab dalam lubang yang dibuat oleh musuh-musuh Islam dengan modus yang sama tetapi dalam nuansa yang berbeda. Wallahu A’lam.Read More : http://ahmadirpan-pejuangpena.blogspot.com/2012/08/wahhabi-yang-asli-tulen-sesat.html#ixzz0bIHVCLh2
Posting Komentar